Aku sangat merindukannya. Gadis bermata
bening yang anggun perangainya. Sudah satu pekan ini ia tak duduk bersamaku dan
menceritakan hari-hari yang dijalaninya. Saat ini ia hanya mampu terbaring
lemah tanpa sedetik pun sempat menyadarkan diri.
Selasa, 15 April 2014
Senin, 14 April 2014
Ini Tentang Kesan
Embun di Senin Malam:
Tiba-tiba menemukan ini. Dan tiba-tiba.... Teringat pada...
"aku kenal seseorang.
kenal, bukan sekedar tahu, karena entah bagaimana, ia membuatku merasa mengenalnya. berbuatnya banyak; menulisnya banyak; rajin tersenyum; jarang bicara. untuk menggambarkan sosoknya, harus kugunakan segala kontradiksi yang membingungkan.
ia seperti buku yang terbuka, dengan tiap-tiap halaman menyajikan alur yang tak tertebak. ia pintu yang tak dikunci, tapi tertutup rapat. ia seorang penghemat kata, yang kaya kosakata.
meski raut wajahnya miskin ekspresi, ia turut menertawakan yang membuatku tertawa. dalam obrolan kami yang langka, ia pun kerap menjelma jadi jenaka.
dan pernahkah kau melihat seorang yang piawai berpresentasi —runut menjelaskan pokok pemikiran dengan penuh percaya diri— terbata menanyakan kabar?
itu lucu sekali.
betapa aku menunggunya membicarakan hal-hal yang ia tulis, sebab pasti barangkali akan semarak. betapa aku juga menunggu kesempatan untuk sungguhan mengenalnya, bukan hanya merasa.
tapi seingin-inginnya aku,
aku lebih takut candu." (Kinsia dalam namasayakinsi.tumblr.com)
Kawan, ada beberapa orang yang mampu kita ingat dan kita kenang walau pertemuan kita dengan mereka hanya sebentar. Tak lama. Tak sering. Namun mereka mampu menggoreskan segaris ingatan yang dalam. Nama mereka seperti terukir dalam hati dan ingatan kita. Itu karena kesan yang mereka berikan bergitu bermakna.
Namun ada juga orang yang sering bertemu, tapi kita tak ingat apapun tentang mereka. Kita tak menemukan keindahan apapun pada sosoknya, meski mungkin kita yang kurang jeli mengenalnya, Itu mungkin karena kesan kita tentang mereka kurang bermakna.
Berbicara kesan, mungkin luas. Tapi, bisa jadi kesan itu berbanding lurus dengan kualitas yang kita berikan pada orang-orang yang berinteraksi dengan kita.
Kalau kita memberikan kualitas hidup terbaik yang bisa kita lakukan, meski tak sempurna, kepada orang-orang yang ada di sekitar, kesan itu tidak hanya akan menancap. Tapi ia juga akan tumbuh dan berbuah manis.
Tiba-tiba menemukan ini. Dan tiba-tiba.... Teringat pada...
"aku kenal seseorang.
kenal, bukan sekedar tahu, karena entah bagaimana, ia membuatku merasa mengenalnya. berbuatnya banyak; menulisnya banyak; rajin tersenyum; jarang bicara. untuk menggambarkan sosoknya, harus kugunakan segala kontradiksi yang membingungkan.
ia seperti buku yang terbuka, dengan tiap-tiap halaman menyajikan alur yang tak tertebak. ia pintu yang tak dikunci, tapi tertutup rapat. ia seorang penghemat kata, yang kaya kosakata.
meski raut wajahnya miskin ekspresi, ia turut menertawakan yang membuatku tertawa. dalam obrolan kami yang langka, ia pun kerap menjelma jadi jenaka.
dan pernahkah kau melihat seorang yang piawai berpresentasi —runut menjelaskan pokok pemikiran dengan penuh percaya diri— terbata menanyakan kabar?
itu lucu sekali.
betapa aku menunggunya membicarakan hal-hal yang ia tulis, sebab pasti barangkali akan semarak. betapa aku juga menunggu kesempatan untuk sungguhan mengenalnya, bukan hanya merasa.
tapi seingin-inginnya aku,
aku lebih takut candu." (Kinsia dalam namasayakinsi.tumblr.com)
Kawan, ada beberapa orang yang mampu kita ingat dan kita kenang walau pertemuan kita dengan mereka hanya sebentar. Tak lama. Tak sering. Namun mereka mampu menggoreskan segaris ingatan yang dalam. Nama mereka seperti terukir dalam hati dan ingatan kita. Itu karena kesan yang mereka berikan bergitu bermakna.
Namun ada juga orang yang sering bertemu, tapi kita tak ingat apapun tentang mereka. Kita tak menemukan keindahan apapun pada sosoknya, meski mungkin kita yang kurang jeli mengenalnya, Itu mungkin karena kesan kita tentang mereka kurang bermakna.
Berbicara kesan, mungkin luas. Tapi, bisa jadi kesan itu berbanding lurus dengan kualitas yang kita berikan pada orang-orang yang berinteraksi dengan kita.
Kalau kita memberikan kualitas hidup terbaik yang bisa kita lakukan, meski tak sempurna, kepada orang-orang yang ada di sekitar, kesan itu tidak hanya akan menancap. Tapi ia juga akan tumbuh dan berbuah manis.
Kamis, 10 April 2014
Berbanding Lurus
Embun Kamis:
"... Pada suatu hari, beberapa mata-mata menyusup ke dalam perkumpulan para pemuda (Andalusia, red) dan mereka menemukan dua orang pemuda sedang berdebat. Para penyusup itu senang dan mereka mendatangi dua orang pemuda itu untuk memastikan apa yang sedang terjadi.
Ternyata dua orang pemuda tersebut berlainan pendapat tentang susunan hadits dalam kitab Bukhari. Maka para penyusup itu pulang melaporkan apa yang mereka dapati,
"Islam tidak bisa dihancurkan sekarang,"
Setelah beberapa tahun, mereka kembali lagi ke Andalusia untuk yang kedua kalinya. Mereka melihat pemuda Muslim masih membicarakan tentang ilmu dan agama, mereka kembali lagi dengan tangan kosong untuk yang kedua kalinya.
Setelah beberapa tahun merka kembali lagi untuk yang ketiga kalinya. Saat itu mereka menemukan seorang pemuda yang duduk sambil menangis, kemudian mereka bertanya.
"Apa yang kamu tangiskan?"
Pemuda itu menjawab,
"Aku telah dtinggalkan kekasihku"
Dan para mata-mata itu kembali untuk melaporkan apa yang mereka dapati, mereka mengatakan,
"Sekarang kalian dapat mengalahkan Islam,"
Ternyata benar dengan mudah mereka dapat mengalahkan Islam di Andalusia dan setelah 25 tahun, Islam telah habis semuanya, dan tidak ada lagi kenangan Andalusia." (Dikutip dengan sedikit adaptasi EYD dari Kalam Min Qalb karya Amru Khalid halaman 169-170).
Meski dari analisa para ahli sejarah menyatakan banyak sebab keruntuhan Andalusia, tapi bisa kita fokuskan pada satu poin. Ternyata prestasi (bukan hanya akademik dan nilai di atas kertas, namun definisi yang lebih luas), berbanding lurus dengan ketakwaan kita kepada Allaah. Betapa besar pengaruh antara keshalihan dan kemaksiatan kita terhadap kondisi hidup kita.
"Waman Yattaqillaha Yaj’allahu Makhrajan Wa Yarzuqhu Min Haithu La Yahtasib..."
Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah , niscaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar (dari segala perkara yang menyusahkannya). Serta memberinya rezeki dari jalan yang tidak terlintas di hatinya ...” (Surah At Talaq Ayat 2-3)
Jangan lupa untuk memulai hari ini dengan niat yang baik dan memasukkan agenda-agenda akhirat. Agar kelak kita menjadi manusia yang menang di dunia dan di akhirat. Dan jangan lupa shalat dhuga terlebih dahulu. Berurusan dengan Allaah lebih dulu sebelum berurusan dengan manusia.
Nb: Bu Wiwik Wahyu Cph, terima kasih atas hibah bukunya.
"... Pada suatu hari, beberapa mata-mata menyusup ke dalam perkumpulan para pemuda (Andalusia, red) dan mereka menemukan dua orang pemuda sedang berdebat. Para penyusup itu senang dan mereka mendatangi dua orang pemuda itu untuk memastikan apa yang sedang terjadi.
Ternyata dua orang pemuda tersebut berlainan pendapat tentang susunan hadits dalam kitab Bukhari. Maka para penyusup itu pulang melaporkan apa yang mereka dapati,
"Islam tidak bisa dihancurkan sekarang,"
Setelah beberapa tahun, mereka kembali lagi ke Andalusia untuk yang kedua kalinya. Mereka melihat pemuda Muslim masih membicarakan tentang ilmu dan agama, mereka kembali lagi dengan tangan kosong untuk yang kedua kalinya.
Setelah beberapa tahun merka kembali lagi untuk yang ketiga kalinya. Saat itu mereka menemukan seorang pemuda yang duduk sambil menangis, kemudian mereka bertanya.
"Apa yang kamu tangiskan?"
Pemuda itu menjawab,
"Aku telah dtinggalkan kekasihku"
Dan para mata-mata itu kembali untuk melaporkan apa yang mereka dapati, mereka mengatakan,
"Sekarang kalian dapat mengalahkan Islam,"
Ternyata benar dengan mudah mereka dapat mengalahkan Islam di Andalusia dan setelah 25 tahun, Islam telah habis semuanya, dan tidak ada lagi kenangan Andalusia." (Dikutip dengan sedikit adaptasi EYD dari Kalam Min Qalb karya Amru Khalid halaman 169-170).
Meski dari analisa para ahli sejarah menyatakan banyak sebab keruntuhan Andalusia, tapi bisa kita fokuskan pada satu poin. Ternyata prestasi (bukan hanya akademik dan nilai di atas kertas, namun definisi yang lebih luas), berbanding lurus dengan ketakwaan kita kepada Allaah. Betapa besar pengaruh antara keshalihan dan kemaksiatan kita terhadap kondisi hidup kita.
"Waman Yattaqillaha Yaj’allahu Makhrajan Wa Yarzuqhu Min Haithu La Yahtasib..."
Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah , niscaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar (dari segala perkara yang menyusahkannya). Serta memberinya rezeki dari jalan yang tidak terlintas di hatinya ...” (Surah At Talaq Ayat 2-3)
Jangan lupa untuk memulai hari ini dengan niat yang baik dan memasukkan agenda-agenda akhirat. Agar kelak kita menjadi manusia yang menang di dunia dan di akhirat. Dan jangan lupa shalat dhuga terlebih dahulu. Berurusan dengan Allaah lebih dulu sebelum berurusan dengan manusia.
Nb: Bu Wiwik Wahyu Cph, terima kasih atas hibah bukunya.
Rabu, 09 April 2014
Cerdas Itu
Embun Rabu:
Einstein dan Mr Bean duduk berdampingan dalam sebuah penerbangan. Einstein mengajak memainkan sebuah permainan tebak-tebakan.
Einstein: Aku akan mengajukan satu pertanyaan, jika Anda tidak tahu jawabannya maka Anda membayar saya hanya $5 dan jika saya tidak tahu jawabannya, saya akan
membayar Anda $500.
Einstein mengajukan pertanyaan pertama: Berapa jarak dari Bumi ke Bulan?
Mr Bean tidak mengucapkan sepatah kata pun, merogoh saku, mengeluarkan $ 5. Sekarang, giliran Mr Bean...
Dia bertanya kepada Einstein: Apakah yang naik ke atas bukit dengan 3 kaki, dan akan turun dengan 4 kaki ??
Einstein melakukan pencarian internet, dan meminta semua teman-temannya yg cerdas. Setelah satu jam mencari jawaban… akhirnya ia memberikan Mr Bean $ 500.
Einstein sambil penasaran bertanya: Nah, jadi apa naik ke atas bukit dengan tiga kaki dan turun dengan empat
kaki?
Mr Bean merogoh saku, dan memberikan
Einstein $ 5. !!!
Einstein: !@#$%^&*
(Copas dari google)
Selamat malam kawan. Jika td pg kita awali hari dgn senyuman, maka tidak ada salahnya malam ini juga ditutup dgn tersenyum. Jangan lupa juga ambil air wudhu dan doa sebelum terlelap dalam mimpi yang indah.
*Setelah seharian melihat update kabar tentang partai2.
Jangan lupa do'akan Indonesia juga. Agar mimpi2 yang selama ini tergadai karena lupa, bisa direngkuh lagi oleh bangsanya.
Einstein dan Mr Bean duduk berdampingan dalam sebuah penerbangan. Einstein mengajak memainkan sebuah permainan tebak-tebakan.
Einstein: Aku akan mengajukan satu pertanyaan, jika Anda tidak tahu jawabannya maka Anda membayar saya hanya $5 dan jika saya tidak tahu jawabannya, saya akan
membayar Anda $500.
Einstein mengajukan pertanyaan pertama: Berapa jarak dari Bumi ke Bulan?
Mr Bean tidak mengucapkan sepatah kata pun, merogoh saku, mengeluarkan $ 5. Sekarang, giliran Mr Bean...
Dia bertanya kepada Einstein: Apakah yang naik ke atas bukit dengan 3 kaki, dan akan turun dengan 4 kaki ??
Einstein melakukan pencarian internet, dan meminta semua teman-temannya yg cerdas. Setelah satu jam mencari jawaban… akhirnya ia memberikan Mr Bean $ 500.
Einstein sambil penasaran bertanya: Nah, jadi apa naik ke atas bukit dengan tiga kaki dan turun dengan empat
kaki?
Mr Bean merogoh saku, dan memberikan
Einstein $ 5. !!!
Einstein: !@#$%^&*
(Copas dari google)
Selamat malam kawan. Jika td pg kita awali hari dgn senyuman, maka tidak ada salahnya malam ini juga ditutup dgn tersenyum. Jangan lupa juga ambil air wudhu dan doa sebelum terlelap dalam mimpi yang indah.
*Setelah seharian melihat update kabar tentang partai2.
Jangan lupa do'akan Indonesia juga. Agar mimpi2 yang selama ini tergadai karena lupa, bisa direngkuh lagi oleh bangsanya.
Senin, 07 April 2014
Adagium Politik
Embun Senin:
"Dalam politik, berlaku adagium, 'there is no permanent friend and enemy. But there is permanent interest.'
Dapat dilihat Jepang, dalam upayanya memperoleh tanah jajahan Jerman di Samudera Pasifik, dalam Perang Dujia I, berpihak pada Blok Sekoetoe. Sebaliknya pada Perang Dunia II, Jepang berpihak pada Axis Pact-Jerman melawan Allied Forces-Sekoetoe..." (Ahmad Mansyur Suryanegara dalam Api Sejarah 2 hal 5)
"Dalam politik, berlaku adagium, 'there is no permanent friend and enemy. But there is permanent interest.'
Dapat dilihat Jepang, dalam upayanya memperoleh tanah jajahan Jerman di Samudera Pasifik, dalam Perang Dujia I, berpihak pada Blok Sekoetoe. Sebaliknya pada Perang Dunia II, Jepang berpihak pada Axis Pact-Jerman melawan Allied Forces-Sekoetoe..." (Ahmad Mansyur Suryanegara dalam Api Sejarah 2 hal 5)
Kamis, 03 April 2014
Lonely Pepole
Embun Kamis menjelang senja:
A: "I see lonely people everywhere."
B: "How do you know if they're lonely?"
A: "They are sitting alone in public places with a cup of coffee as their company; busy tapping, scrolling, smiling to a gadget. I mean, you would not need to second guess." (Kinsi dalam blognya)
---------------------------------------------------------------------------------
*Seringkali kita lebih sibuk dengan teman-teman yang berada nun jauh di sana. Tidak salah memang menjalin silaturrahim dan menghangatkan perkenalan yang telah terjalin. Harus malah. Tapi bukankah semua itu ada porsinya?
Contohnya saja, seorang ibu yang merindukan kepulangan anaknya. Begitu anak pulang, bermacam-macam pertanyaan ingin dilontarkan sang ibu. "Bagaimana kabarmu?", "Apakah kuliahmu menyenangkan, nak?", "Kebermanfaatan apa saja yang sudah kamu tebar di kampus, nak?". Tapi pertanyaan itu hanya sampai di tenggorokan. Karena sang anak yang kini sedang duduk di samping ibu, lebih sibuk menekuri handphonenya yang katanya pintar itu.
Atau dua mahasiswa yang sudah saling kenal sedang duduk bersebelahan. Mereka hanya saling kenal nama dan tempat asal. Mereka tidak saling tahu bagaimana keluarga masing-masing, makanan kesukaan apa, hari istimewa apa, hal yang tidak disukai apa, visi dan misi hidup temannya apa, pemikirannya bagaimana, dan masalah temannya apa.
Jadilah sekarang banyak aktivis dunia maya. Jadilah sekarang banyak orang yang populer di luar. Tapi sayang, mereka TIDAK MENDAPATKAN TEMPAT DI DALAM HATI ORANG-ORANG TERDEKAT. Karena mereka tidak memberikan WAKTU yang cukup untuk orang-orang terdekat.
Nb: Trima kasih untuk Mu Izz yg memberikan deskripsi dari kasus ini.
A: "I see lonely people everywhere."
B: "How do you know if they're lonely?"
A: "They are sitting alone in public places with a cup of coffee as their company; busy tapping, scrolling, smiling to a gadget. I mean, you would not need to second guess." (Kinsi dalam blognya)
---------------------------------------------------------------------------------
*Seringkali kita lebih sibuk dengan teman-teman yang berada nun jauh di sana. Tidak salah memang menjalin silaturrahim dan menghangatkan perkenalan yang telah terjalin. Harus malah. Tapi bukankah semua itu ada porsinya?
Contohnya saja, seorang ibu yang merindukan kepulangan anaknya. Begitu anak pulang, bermacam-macam pertanyaan ingin dilontarkan sang ibu. "Bagaimana kabarmu?", "Apakah kuliahmu menyenangkan, nak?", "Kebermanfaatan apa saja yang sudah kamu tebar di kampus, nak?". Tapi pertanyaan itu hanya sampai di tenggorokan. Karena sang anak yang kini sedang duduk di samping ibu, lebih sibuk menekuri handphonenya yang katanya pintar itu.
Atau dua mahasiswa yang sudah saling kenal sedang duduk bersebelahan. Mereka hanya saling kenal nama dan tempat asal. Mereka tidak saling tahu bagaimana keluarga masing-masing, makanan kesukaan apa, hari istimewa apa, hal yang tidak disukai apa, visi dan misi hidup temannya apa, pemikirannya bagaimana, dan masalah temannya apa.
Jadilah sekarang banyak aktivis dunia maya. Jadilah sekarang banyak orang yang populer di luar. Tapi sayang, mereka TIDAK MENDAPATKAN TEMPAT DI DALAM HATI ORANG-ORANG TERDEKAT. Karena mereka tidak memberikan WAKTU yang cukup untuk orang-orang terdekat.
Nb: Trima kasih untuk Mu Izz yg memberikan deskripsi dari kasus ini.