Embun Kamis menjelang senja:
A: "I see lonely people everywhere."
B: "How do you know if they're lonely?"
A: "They are sitting alone in public places with a cup of coffee as their company; busy tapping, scrolling, smiling to a gadget. I mean, you would not need to second guess." (Kinsi dalam blognya)
---------------------------------------------------------------------------------
*Seringkali kita lebih sibuk dengan teman-teman yang berada nun jauh di sana. Tidak salah memang menjalin silaturrahim dan menghangatkan perkenalan yang telah terjalin. Harus malah. Tapi bukankah semua itu ada porsinya?
Contohnya saja, seorang ibu yang merindukan kepulangan anaknya. Begitu anak pulang, bermacam-macam pertanyaan ingin dilontarkan sang ibu. "Bagaimana kabarmu?", "Apakah kuliahmu menyenangkan, nak?", "Kebermanfaatan apa saja yang sudah kamu tebar di kampus, nak?". Tapi pertanyaan itu hanya sampai di tenggorokan. Karena sang anak yang kini sedang duduk di samping ibu, lebih sibuk menekuri handphonenya yang katanya pintar itu.
Atau dua mahasiswa yang sudah saling kenal sedang duduk bersebelahan. Mereka hanya saling kenal nama dan tempat asal. Mereka tidak saling tahu bagaimana keluarga masing-masing, makanan kesukaan apa, hari istimewa apa, hal yang tidak disukai apa, visi dan misi hidup temannya apa, pemikirannya bagaimana, dan masalah temannya apa.
Jadilah sekarang banyak aktivis dunia maya. Jadilah sekarang banyak orang yang populer di luar. Tapi sayang, mereka TIDAK MENDAPATKAN TEMPAT DI DALAM HATI ORANG-ORANG TERDEKAT. Karena mereka tidak memberikan WAKTU yang cukup untuk orang-orang terdekat.
Nb: Trima kasih untuk Mu Izz yg memberikan deskripsi dari kasus ini.
0 komentar:
Posting Komentar