Setiap orang pasti memiliki kenangan. Ya, termasuk aku. Jika kau bertanya kepadaku tentang kenangan, aku akan menceritakan beberapa hal. Dan ITS Online termasuk salah satu kenangan yang akan kuceritakan.
Kawan, sebelumnya pernah sedikit kuceritakan kepadamu tentang ITS Online di tulisan Di Kampus, Saya Dibesarkan oleh... dan Pencarian Jati Diri Seorang Wartawan. Namun detailnya, akan kuceritakan di sini.
Aku meyakini bahwa tak ada satu kejadian pun yang terjadi muka bumi ini tanpa alasan. Semuanya memiliki alasan, meski terkadang kita baru menemukan alasan tersebut di kemudian hari. Begitu juga denganku. Ada banyak alasan yang menguatkanku untuk menulis tentang salah satu tempat yang membentuk karakter ini.
1. Wibawa
Kawan, kau pernah bertemu dengan seseorang yang begitu kuat wibawanya meski itu pertemuan pertama? Atau intinya, penilaian yang mengesankan pada pertemuan pertama? Ini bukan tentang love at first sight ala remaja. Bukan!
Ini tentang wibawa yang dimiliki orang itu. Ya, pertama kali aku melihat orang-orang yang ada di dalam ITS Online adalah aura wibawa yang natural. Tanpa direkayasa. Mungkin kau akan menilaiku sedikit berlebihan. Tapi ini memang nyata kurasakan.
Cara mereka menggunakan bahasa tubuh yang elegan. Cara mereka berbahasa dengan kekayaan kosa katanya. Cara mereka membedakan bersikap di depan orang asing dan kepada partner. Cara mereka berargumen dan memperkenalkan diri. Seakan membuatku ingin mengenal mereka lebih dekat.
2. Harus Beraktivitas.
Orang-orang di dalamnya punya sifat gatal kalau tidak beraktivitas. Tidak bisa diam. Maksudku bukan semuanya cerewet. Ada juga yang pendiam. Namun di balik sikap diamnya, dia tetap melakukan banyak hal. Mereka, rasanya hidup kurang terasa kalau hanya berdiam diri. Dari mana aku tahu itu? Kawan, tiga setengah tahun aku bersama mereka, setidaknya membuatku mengerti beberapa hal tentang mereka.
Bukti bahwa hampir seluruh dari jurnalis ITS Online tidak hanya menjadi wartawan tingkat kampus dan kuliah adalah, mereka juga memiliki kegiatan lain. Ada yang pengusaha, aktivis (BEM ITS, JMMI ITS, Himpunan Mahasiswa, LDJ), pengajar di Gang Dolly, penulis buku, wartawan di media luar ternama, traveller, fotografer lepas, dan masih banyak lagi.
Mereka tidak setengah-setengah. Buktinya, di posisi mereka masing-masing, mereka mempunyai prestasi masing-masing yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebenarnya, dengan berbagai kesibukan yang ada, profil mereka pantas untuk masuk ke halaman website kampus yang mereka kelola.
Mereka seakan tidak pernah lelah. Dan bergaul dengan lingkungan seperti itu akan membuat kita memiliki mental pejuang. Mental yang akan membuat kita untuk senantiasa tetap survive dalam menghadapi segala macam masalah.
3. Serius, Cepat, namun Jangan Korbankan Kualitas
Perlu kau tahu, ITS Online bukan sebuah unit kegiatan mahasiswa (UKM) atau yang sejenisnya. ITS Online merupakan sebuah lembaga yang berada di bawah naungan birokrasi langsung. Sehingga sistem yang digunakan semi profesional.
Sistem tersebut tentunya memiliki konsekuensi tentunya. Kerja kita akan dinilai secara professional juga. Keseriusan dan kecepatan sangat perlu diperhatikan di sana.
Namun, bukan berarti kita di sana harus menjadi orang selalu serius tanpa ada candaan. Justru orang-orang di sana mempunyai selera humor yang tinggi dan cerdas. Ada juga yang candanya sarkastik memang. Selera humor ini untuk menjaga kualitas hubungan antar kru dan kualitas karya yang dihasilkan.
Tidak hanya itu, mereka juga suka berpetualang. Mulai naik gunung, berkunjung ke Jogja, melirik House of Sampoerna, menghadiri pagelaran wayang, pernah menjadi bagian dari agenda mereka untuk mengakrabkan persahabatan.
4. Unik
Bisakah kau bayangkan hobi orang-orang ada di dalamnya? Beragam. Dan kerja mereka tidak selalu menulis. Tidak selalu liputan. Mereka juga punya sisi lain yang unik.
Ada yang mencintai kucing dengan konsisten. Bahkan dia hafal berbagai jenis kucing di dunia. Dan yang membuatku geleng-geleng, saat para kru memperiapkan diri untuk foto bersama, si pecinta kucing ini menghilang. Saat dicari, dia sedang sibuk bermain bersama kucing.
Ada yang mencintai anime. Bahkan di antara mereka saling bertukar anime ter-update.
Ada juga sangat mencintai semua hal tentang Korea. Ada yang suka berpuisi. Ada yang suka membicarakan politik. Ada yang suka membicarakan bisnis. Ada yang suka urban farming. Beragam, kawan.
5. Banyak Literatur
Jika kau masuk ke dalam kantor redaksi, kau akan melihat daftar nama kru dan judul buku yang sedang ia baca. Sebuah upaya untuk memperluas wawasan, memperkaya sudut pandang, dan memperkaya kosa kata.
Di antara kru juga kerap kali saling bertanya tentang isi buku yang dibaca. Mereka saling pinjam.
6. Wawasan Luas
Hampir tidak ada ceritanya seorang jurnalis memiliki wawasan yang sempit. Kehidupan mereka yang diharuskan untuk bertemu dengan orang-orang baru sebagai narasumber mereka, menuntut mereka untuk belajar banyak hal. Bidang baru, lingkungan baru, karakter orang yang baru dikenal.
Misalkan saja mahasiswa Fisika dikenai liputan masalah arsiktektur bangunan kuno. Atau mahasiswa Teknik Sistem Perkapalan harus meliput tentang riset terkini perihal materi muon. Semuanya memaksa kita untuk belajar hal baru.
Maka ketika kau bertanya tentang referensi film, aka nada di antara mereka akan antusias memberimu segudang referensi disertai dengan detail plus minusnya. Ketika kau bertanya tentang kuliner apa yang cocok dengan kondisi lidahmu saat ini, ada di antara mereka yang akan memberimu nama menu, bahkan hingga referensi tempat yang nyaman untuk beragam kondisi.
Saat kau bertanya tentang pemikiran, akan ada di antara mereka yang menceritakan tentang bagaimana pemikiran itu lahir, perkambangannya, bahkan hingga bagaimana pemiiran tersebut berhasil menjadi sebuah pergerakan besar.
Saat kau ingin mendiskusikan agama dan perbaikan moral, akan ada di antara mereka yang mengajakmu untuk menyelamiya.
Saat kau perlu tahu merk segala keperluan, seperti handphone, laptop, pakaian, jenis kain, sandal gunung, sepatu, kamera, mereka akan memberikan referensi.
Mereka tidak hanya liputan dan duduk di depan computer untuk menulis. Tapi mereka juga menelusuri terjun ke berbagai tempat dan menyelidiki berbagai hal dengan detail. Dua kebiasaan yang mereka bangun selama menjadi jurnalis adalah, skeptis dan kepo (know every particular object).
7. Berenergi Kembali
Begitu masuk ke kantor redaksi, aku merasa mendapat energi kembali. Saat semangat menulis sedang turun dan melihat kru yang lain sedang berdiskusi atau menulis, secara tiba-tiba aku ingin menulis lagi. Ya, tanpa ada kata-kata. Mereka memberi semangat kepadaku untuk menulis, tanpa kata-kata. Dan mereka berhasil.
"Bertahanlah ketika kamu mengenal seseorang yang dengannya kamu merasa menjadi lebih baik, lebih sabar, lebih menghargai hidup, lebih berpikir positif padahal dia tidak pernah mengatur-mengatur atau menyuruhmu untuk berubah." (Andinavika)8. Bergengsi
Menjadi kru ITS Online membuat nilai jual semakin tinggi. Bukan apa-apa. Tapi entah bagaimana ceritanya, memang demikian adanya. Sekali lagi, entah, bagaimana ceritanya.
9. Jaringan Luas
Narasumber yang ditemui dan acara yang diliput ITS Online memaksaku untuk belajar banyak hal baru. Kesempatan untuk mengenal banyak orang semakin dekat. Mulai dari menteri, direktur perusahaan, rektor, dosen, alumni, mahasiswa inspiratif. Dari mereka, aku juga banyak belajar tentang kehidupan.
Tempat liputan pun beragam. Kru di ITS Online ada yang di kampus, rektorat, hotel, luar kota untuk meliput perjuangan ITS dalam sebuah kompetisi, dan sebagainya.
Dari narasumber, tidak jarang aku mendapatkan informasi tentang beasiswa, kondisi kemahasiswaan, pertukaran pemuda, dan masih banyak informasi lainnya.
Kawan, mungkin itu yang bisa aku ceritakan untuk saat ini. Mohon maaf, lama vakum menulis membuatku agak keawalahan menulis sebanyak ini.
Pada akhirnya, ketika kau bermimpi, kau harus punya alasan mengapa menginginkan itu. Karena semua hal akan dinilai sesuai berdasarkan alasan (niat).
0 komentar:
Posting Komentar