Selasa, 27 Desember 2016

Kita Saja Yang Nggak Peka

Jika dilihat dari  segala kerusuhan yang telah dan sedang saat ini terjadi, sebenarnya kita ini sudah sangat dekat dengan akhir zaman, hari kiamat. Apa-apa yang diperingatkan oleh para ulama telah dan sedang terjadi. Maka beruntunglah orang yang hatinya senantiasa terikat dengan para ulama yang dibutikan dengan ketinggian adab kepada mereka.

Jumlah penjara bertambah karena angka kriminalitas juga semakin tinggi.

Jumlah aborsi meningkat karena perzinahan semakin marak terjadi, seakan menjadi tren. Kalau nggak pacaran terhina. Lalu keluar istilah lika-liku luka laki yang tak laku-laku atau jones.


Kamis, 22 Desember 2016

Ibuku Semakin Cantik

Ibuku semakin cantik dari hari ke hari.
Jika dulu karena jelita, sekarang karena kebijaksanaan.
Terima kasih engkau masih saja melindungiku, saat dunia melempariku dengan batu.
Doakan, agar aku bisa mempersembahkan mahkota itu di dunai dan di surga nanti.
Sungguh, di hadapanmu, aku akan selalu kekanak-kanakkan, sekeras apapun aku berusaha agar terlihat dewasa.

Untukmu calon ibu dari anak-anakku di masa depan,
Insya Allah, generasi penerus kita akan lahir, di jaman penuh fitnah. Di jaman saat tuntunan menjadi tontonan, dan tontonan menjadi tuntunan. Maka persiapkan diri kita untuk berjuang lebih keras hingga titik mastatho'tum. Titik di mana hanya Allah yang berhak menghentikan kita.

Kecap selalu nomor satu.

#omteloletom

Jumat, 16 Desember 2016

Status Marah

Untuk yang mengaku publik figur, pembicara, trainer dan lain-lain. Yang isi TLnya hanya ingin menyenangkan semua pihak dengan terus menebar kalimat motivasi yang bijaksana. Tapi aku lihat tak pernah bersuara dan bergerak untuk kemanusiaan dan agama.
Aku ingin kalian juga marah.
Marahlah jika harus. Karena kemarahan pada kemungkaran adalah lebih mulia dari pada menjadi pengecut yang sok bijaksana.
Sok bijak, sok lemah lembut. Tapi sebenarnya hanya karena takut dianggap garis keras, takut ditinggalkan pengikut, takut dagangannya nggak laku, takut seminarnya nggak laris.
Sungguh, seluruh pengaruhmu itupun akan dimintai pertanggung jawaban. Untuk apakah pengaruh itu digunakan.
Untuk keuntungan pribadimu, ataukah untuk kemaslahatan umat dan agamamu.
********************************************************************************************************
Tulisan di atas saya copy paste dari status facebook Ustadz Andre Raditya. Menggingit memang. Tapi dalam kondisi yang kacau balau seperti ini, keberpihakan kita sangat mempengaruhi moral orang lain.
Bagi saya, marah terbagi menjadi dua. Marah secara emosional dan marah secara spiritual. Maka dalam kondisi seperti ini, siapapun wahai engkau yang memiliki ilmu dan pengaruh di depan publik, kuatkan kami sebagai orang awam bagaimana harus bersikap. Di pihak mana kami seharusnya berada.
Kita sebagai manusia yang melihat tragedi kemanusiaan di jaman ini, perlu marah. Marah secara spiritual. Marahlah secara spiritual yang ketika marahpun kita tidak hanyut ke dalam kebrutalan dan tidak kalah oleh perasaan dendam dan sakit hati saja.
Marah yang ketika tersakitipun, kita bangkit melawan namun tetap mendahulukan ayat-ayat Ilahi. Tetap mengedepankan ajaran Rasulullah shalallaahu ‘alayhi wassallam.
Maaf bagi kawan-kawan yang tidak sepakat, saya tidak berusaha untuk menyebarkan kebencian. Saya hanya ingin mengungkapkan kegelisahan atas diamnya orang-orang yang sebelumnya vokal di dunia maya, namun diam untuk kasus in. Bukan untuk semua orang.
Saya juga berusaha memahami, bagi sebagian mereka yang diam, bukan berarti tidak peduli. Tetapi sebagai bentuk kehati-hatian. Ada sebagian orang yang perlu waktu untuk mengamati semua yang terjadi, merenung, dan memutuskan. Lalu dalam diam, ia banyak bersujud disertai linangan air mata agar terwujudnya perdamaian. Untuk mereka yang berdiam diri jenis ini, salut.
Surabaya, 16 Desember 2016
-Nir-

Kamis, 15 Desember 2016

Aleppo, Surat untuk Tuan

Pernahkah kau jumpai, Tuan? Sebuah negeri yang para istri dan para gadisnya memiliki kaki yang berwarna merah darah? Karena darah senantiasa mengalir dari selangkangan mereka. Ya, di sini akan kau temukan kenyataan itu setelah kesucian dikoyak oleh simbol kelelakian dari para durjana. Dan dilakukan di depan mata kepala kami sendiri.

Saking tak kuatnya hati ini, para suami bertanya kepada syaikh kami, bolehkah membunuh istri anak-anak perempuan kami sebelum melihat derita mereka di hadapan para durjana itu.
Pernahkah kau jumpai, Tuan? Sebuah negeri yang secara mendadak penduduknya mengucapkan selamat tinggal sebab ajal telah terasa begitu dekat? Ya, akan temukan fakta bahwa hashtag itu berasal dari negeri kami.

Minggu, 11 Desember 2016

Rindu pada Subuh

Pasca 212, saya mencoba untuk diam meski ada banyak bahasan  setelah Aksi Super Damai itu. Saya ingin memastikan apakah saya sedang larut dalm euforia belaka ataukah memang rindu pada Aksi 212 itu benar-benar telah mengendap, mengkristal, dan menjadi sesuatu yang pantas untuk terus-menerus diperjuangkan, bahkan dikenang.

Memang kadang kita perlu menarik diri sebentar dari riuhnya dunia, terutama dunia media sosial. Bukan untuk lari dari kenyataan, bukan pula untuk cari aman, tetapi untuk mengevaluasi untuk apa kita melakukan semua ini.

Kamis, 01 Desember 2016

Ikhtiar Langit



Ikhtiar bumi sudah dilakukan, tapi jangan sampai kita melupakan ikhtiar langit. Kita memiliki keinginan, dan Allah pun punya keinginan. Dan yang pasti terjadi adalah keinginan-Nya.

Kawan-kawan yang berangkat ke Jakarta maupun yang (qadarullah) tidak bisa berangkat (dengan mendukung melalui media lain), sudah sepatutnya mendekatan diri pada Allah. Insya Allah, semoga Allah membersihkan niat kita adalah kitabullah Al Quran.