Kamis, 15 Desember 2016

Aleppo, Surat untuk Tuan

Pernahkah kau jumpai, Tuan? Sebuah negeri yang para istri dan para gadisnya memiliki kaki yang berwarna merah darah? Karena darah senantiasa mengalir dari selangkangan mereka. Ya, di sini akan kau temukan kenyataan itu setelah kesucian dikoyak oleh simbol kelelakian dari para durjana. Dan dilakukan di depan mata kepala kami sendiri.

Saking tak kuatnya hati ini, para suami bertanya kepada syaikh kami, bolehkah membunuh istri anak-anak perempuan kami sebelum melihat derita mereka di hadapan para durjana itu.
Pernahkah kau jumpai, Tuan? Sebuah negeri yang secara mendadak penduduknya mengucapkan selamat tinggal sebab ajal telah terasa begitu dekat? Ya, akan temukan fakta bahwa hashtag itu berasal dari negeri kami.



“Ini mungkin panggilan kami yang terakhir. Sengaja aku membuatnya barangkali bisa memberikan efek kepada para pembuat kebijakan yang ada di dunia. Untuk menghentikan pembunuhan,” begitu kata salah seorang dari kami dalam video “last call” yang kau terima.
Pernahkah kau jumpai, Tuan? Para lelaki kami pernah dibunuh secara massal kemudian dikubur dan dilapisi dengan semen agar tak diketahui dunia. Ya, di negeri kami akan kau dengar kabar itu.

Seorang kakek berteriak, “Ayyuhal Muslimun, ayna antum? Wahai kaum muslimin, dimana kalian? Takutlah kepada Allah!” agar tergerak hati saudara seiman mereka untuk menunjukkan rasa peduli.

Tak bisa lagi kami dengar suara petasan. Karena kami telah terbiasa dengan bisingnya suara bom yang meluluhlantakkan negeri kami.

Tuan, jika tak ada yang bisa kau lakukan, teteskan air mata untuk kami. Kirimkan doa-doa di malam-malam sunyimu dan di kesibukan siangmu. Karena, bisa saja sebenatr lagi kami tak bisa mengirimu pesan lagi.

Wahai kaum muslimin, masihkah engkau bisa sibuk dalam gelimang kemaksiatan sementara engkau menyaksikan saudaramu diperlakukan seperti ini?

Wahai warga dunia, masihkah engkau bisa tertawa-tawa dengan penuh ketidakpedulian saat kami merasakan derita?

Surabay, 15 Desember 2016,
Kurir surat,
-Nir-

0 komentar:

Posting Komentar