Jumat, 16 Desember 2016

Status Marah

Untuk yang mengaku publik figur, pembicara, trainer dan lain-lain. Yang isi TLnya hanya ingin menyenangkan semua pihak dengan terus menebar kalimat motivasi yang bijaksana. Tapi aku lihat tak pernah bersuara dan bergerak untuk kemanusiaan dan agama.
Aku ingin kalian juga marah.
Marahlah jika harus. Karena kemarahan pada kemungkaran adalah lebih mulia dari pada menjadi pengecut yang sok bijaksana.
Sok bijak, sok lemah lembut. Tapi sebenarnya hanya karena takut dianggap garis keras, takut ditinggalkan pengikut, takut dagangannya nggak laku, takut seminarnya nggak laris.
Sungguh, seluruh pengaruhmu itupun akan dimintai pertanggung jawaban. Untuk apakah pengaruh itu digunakan.
Untuk keuntungan pribadimu, ataukah untuk kemaslahatan umat dan agamamu.
********************************************************************************************************
Tulisan di atas saya copy paste dari status facebook Ustadz Andre Raditya. Menggingit memang. Tapi dalam kondisi yang kacau balau seperti ini, keberpihakan kita sangat mempengaruhi moral orang lain.
Bagi saya, marah terbagi menjadi dua. Marah secara emosional dan marah secara spiritual. Maka dalam kondisi seperti ini, siapapun wahai engkau yang memiliki ilmu dan pengaruh di depan publik, kuatkan kami sebagai orang awam bagaimana harus bersikap. Di pihak mana kami seharusnya berada.
Kita sebagai manusia yang melihat tragedi kemanusiaan di jaman ini, perlu marah. Marah secara spiritual. Marahlah secara spiritual yang ketika marahpun kita tidak hanyut ke dalam kebrutalan dan tidak kalah oleh perasaan dendam dan sakit hati saja.
Marah yang ketika tersakitipun, kita bangkit melawan namun tetap mendahulukan ayat-ayat Ilahi. Tetap mengedepankan ajaran Rasulullah shalallaahu ‘alayhi wassallam.
Maaf bagi kawan-kawan yang tidak sepakat, saya tidak berusaha untuk menyebarkan kebencian. Saya hanya ingin mengungkapkan kegelisahan atas diamnya orang-orang yang sebelumnya vokal di dunia maya, namun diam untuk kasus in. Bukan untuk semua orang.
Saya juga berusaha memahami, bagi sebagian mereka yang diam, bukan berarti tidak peduli. Tetapi sebagai bentuk kehati-hatian. Ada sebagian orang yang perlu waktu untuk mengamati semua yang terjadi, merenung, dan memutuskan. Lalu dalam diam, ia banyak bersujud disertai linangan air mata agar terwujudnya perdamaian. Untuk mereka yang berdiam diri jenis ini, salut.
Surabaya, 16 Desember 2016
-Nir-

0 komentar:

Posting Komentar