Bismillaahirrahmaanirrahiim…
1. “Allah telah mengetahui bahwa engkau tidak dapat menerima nasihat yang hanya berupa teori (kata-kata). Karena itulah Allah membuatmu merasakan pahitnya, untuk memudahkan bagimu cara meninggalkannya. Sebab manusia jika menderita dari ujian-ujian Allah yang berupa bala', maka ia tidak senang dunia, lalu ingin mati, ingin berpisah dari dunia yang fana ini.” [1]
2. Merasakan kepahitan adalah suatu keniscayaan dalam hidup manusia. Air mata, rasa sesak, bahkan darah mengiringi perjalanan hidup kita saat melewati fase ini. Ada yang berhasil, namun tak sedikit pula yang gagal dari kepahitan ini yang ditandai dengan hilangnya akal sehat, hilangnya keimanan, atau bahkan bunuh diri.
Yang perlu ditanamkan dalam diri kita adalah bahwa Allah menciptakan segala sesuatu di muka bumi penuh dengan keseimbangan. Ada laki-laki dan perempuan. Ada cahaya dan kegelapan. Ada bahagia dan sedih. Ada iman dan kufur. Ada langit dan bumi. Serta ada manis dan pahit.
3. Namun
tabiat manusia cenderung kepada hal-hal yang disenanginya saja. Betapa banyak
manusia yang hanya ingin menikmati cahaya tanpa merasakan kegelapan, menari di
atas kebahagiaan tanpa pernah merasakan kesedihan, dan menikmati manis tanpa
pernah mengecap kepahitan.
4. Pertanyaannya
adalah, Mengapa perjuangan itu terasa pahit?
Karena surga
itu manis. Dan manis tidak akan mampu dirasakan dan disyukuri oleh mereka yang
tidak pernah mau meneguk kepahitan.
“Jalan menuju Allah adalah
jalan di mana Adam kelelahan, Nuh mengeluh, Ibrahim dilempar ke dalam api,
Ismail dibentangkan untuk disembelih, Yusuf dijual dan dipenjara selama
beberapa tahun, Zakaria digergaji, Yahya disembelih, Ayyub menderita penyakit,
Daud menangis melebihi kadar semestinya, Isa berjalan sendirian, dan Muhammad
shalallahu ‘alaihi wasallam mendapatkan kefakiran dan berbagai gangguan.
Sementara kalian ingin menempuhnya dengan bersantai ria dan bermain-main? Demi
Allah takkan pernah terjadi!” [2]
5. Namun demikian, tidak semua kepahitan harus kita rasakan. Untuk mempelajari arti kehidupan, kita tidak harus mengalami seluruh peristiwa agar mengerti. Bagi mereka yang memiliki kepekaan hati yang tajam, dia akan mengalami akselerasi dalam berbagai pelajaran hidup. Mungkin ia cukup merasakan kepahitan sekali saja dari sebuah bab hidup, lalu dia mengambil hikmah, bertaubat atasnya, dan mengembangkan sendiri dalam setiap sendi kehidupannya. Ini adalah kasus spesial yang tidak kebanyakan orang memiliki kemampuan dan kemauan seperti ini.
6. Dan ada sebagian besar di antara manusia yang harus dihadiahi kepahitan lebih dulu. Karena Allah tahu bahwa mereka tidak bisa diselamatkan dari jalan menuju kesengsaraan melalui nasehat berupa kata-kata. Untaian nasehat mulai dari yang halus sampai tegas belum cukup untuk menyadarkan mereka.
Saya meminta
maaf, kasus-kasus yang saya sebutkan di bawah ini hanyalah kasus umum. Adapun
kasus khusus yang lahir karena pengecualian, bukan masuk ke dalam bahasan ini.
Tulisan ini lebih tepatnya sebagai bahan untuk evaluasi diri dan mengukur diri
kita sendiri. Bukan untuk mengukur diri orang lain. Karena dikhawatirkan salah
vonis jika digunakan untuk mengukur diri orang lain.
a. Bagi mereka yang kewalahan belajar semalaman
karena kurang menguasai materi ujian di esok hari, biasanya menyesal karena
telah mengabaikan peringatan “pelajari kembali materi sekolah setelah pulang,
supaya nanti kalau ulangan tidak terasa berat”.
b. Bagi
mereka yang menangisi sebab kegagalannya untuk melengkapi berkas administrasi
pengajuan beasiswa, biasanya akan menyesali karena telah meremehkan nasehat “siapkan
semua berkasnya sejak jauh-jauh hari. Jangan mepet-mepet”.
c. Bagi mereka yang susah move up (bukan move
on ya) dari cinta kepada sesuatu atau seseorang, biasanya akan menyesal
karena telah melupakan nasehat “jangan kalah oleh perasaan. Dahulukan iman di
atas perasaan.”
d. Bagi
mereka yang berlebihan dalam mencintai pasangannya, berhati-hatilah karena bisa
jadi Allah akan menghadiahi dirinya berupa “ditinggalkan oleh orang yang
dicintai”. Umumnya hal itu terjadi setelah menganggap remeh nasehat “jangan
mencintai makhluk secara berlebihan. Dan jangan bersandar kepada manusia. Nanti
kalau dia geser, kamu akan jatuh”. Dan akhirnya jatuh sungguhan.
e. Bagi
mereka yang mempunyai kolestrol tinggi, biasanya akan menyesal karena membantah
nasehat-nasehat “jangan terlalu banyak makan-makanan yang tidak sehat”.
f. Bagi
mereka yang melakukan aborsi akibat pergaulan bebas, biasanya akan menyesal
karena membantah nasehat “jangan berzina, bahkan mendekatinya pun jangan”.
g. Bagi
mereka yang dililit hutang ribawi, biasanya akan menyesal karena membantah
nasehat “jauhi hutang ribawi yang mencekik leher” dengan alasan “kalau tidak
demikian (hutang ke rentenir), tidak akan pernah bisa beli motor.” Seakan ia
tak memiliki Allah saja.
h. Bagi
mereka yang hilang akal karena kehilangan junjungan jiwanya dan mengakibatkan
jiwanya terguncang, bisa jadi hal itu terjadi karena mereka mengabaikan nasehat
“jangan berlebihan dalam menanggapi sebuah perasaan”
i. Dan
bagi mereka yang membiarkan anak-anaknya untuk tidak shalat hingga mencapai aqil
baligh, kelak mereka akan menyesal karena seakan-akan tak pernah mendengar
nasehat Nabi Muhammad “marahi anakmu ketika tidak shalat saat ia berusia tujuh
tahun. Dan pukullah dia kalau tidak shalat saaat telah berusia sepuluh tahun” [3]
j. Dan
yang kikir untuk sedekah, kelak akan menyesal ketika di muka bumi ini tak akan ada
lagi orang yang mau menerima sedekah [4]
k. Dan
bagi mereka yang hingga saat ini ngeyel terhadap nasehat ulama yang lurus, saya
khawatir, mereka kelak akan menyesal saat di negeri ini terjadi huru-hara dan
kekacauan massal karena telah mengabaikan nasehat para ‘alim ulama. Dan di
jaman ini pun mulai banyak yang menyesali pilihan di masa lalu.
“Fitnah itu sebelum terjadi, para ulama mengetahuinya. Setelah terjadi,
orang-orang awam baru mengetahuinya“. [5]
Di atas adalah sekelumit contoh yang sering
kita jumpai di dalam kehidupan. Sekali lagi, tulisan ini hanya mengevaluasi
diri kita sendiri.
7. Begitulah. Nasehat-nasehat yang
diberikan kepada mereka tidak mempan. Maka jangan salahkan Allah jika Dia
bekerja dengan cara-Nya sendiri. Semua itu dengan tujuan agar kita selamat
dari kesengsaraan di dunia dan akhirat.
8. Bagi para pecinta dunia, nasehat-nasehat
berupa teori sulit mempannya. Terkadang, kejadian yang pahit merupakan
cara yang paling efektif untuk menyadarkan kita untuk kembali menuju
Allah. Semoga Allah
mengampuni kita jika kita termasuk di dalamnya.
9. Seringkali, kita meminta kepada Allah
agar diberikan solusi ketika kepahitan datang melanda. Padahal, Allah-lah solusi
dari setiap masalah. Maka mengapa kita tidak meminta agar bisa berdekatan
dengan-Nya saja?
Untuk sementara ini, tulisan ini menjadi
pembuka dari pembahasan kita tentang Menikmati Kepahitan. (sudah 3 halaman
Microsoft Word nih). Insya Allah selanjutnya kita akan membahs lebih lanjut.
Surabaya, 6 Januari 2017/ 8 Rabiul Ats Tsani
1438 H.
Referensi:
Referensi:
[1] Kitab Al Hikam poin 242 karya Syaikh Ibnu
Athaillah As-Sakandari. Dikuatkan juga dengan dibacakan dalam kajian Kitabul
Hikam oleh K.H. Abdullah Gymnastiar.
[2] Banyak beredar di internet dan dinisbatkan kepada Ibnul
Qayyim Al Jauziyah, Kitab Al Fawaid.
[3] HR. Abu Daud
no 495 dengan sanad hasan. Redaksi tepatnya adalah, “Perintahkanlah
anakmu shalat pada usia tujuh tahun dan pukullah dia karena (meninggalkan)nya
pada usia 10 tahun dan pisahkan tempat tidur mereka.”
[4]Shahiih al-Bukhari , kitab
al-Fitan (XIII/81-82, al-Fat-h), dan Shahiih Muslim, kitab az-Zakaah, bab Kullu
Nau’in minal Ma’ruuf Shadaqah (VII/97, Syarah an-Nawawi).
[5]
Dinisbatkan kepada Imam Hasan Al Bashri sebagaimana disebutkan di dalam muslim.or.id
bahwa atsar ini shahih.
poin yang a, ini memang sangat menarik untuk pelajar. terutama bagi mereka yang menganggap remeh suatu matpel, padahal itu penting. jazzakalloh mas nan telah mengingatkan.
BalasHapus