Selasa, 08 Juli 2014

Kita Hanya Memanfaatkan Potensi

Embun 1 Ramadhan:

"Kalau ada orang yang ditanya kenapa bisa jadi pintar, rata-rata jawabannya adalah karena belajar. Jawaban itu nggak salah memang. Tapi itu masih jawaban fase ibitdaiyah (SD, red). Ada yang lebih dalam. Dan ada yang lebih esensial dari sekedar belajar.

Kenapa kita bisa pintar adalah karena sebenarnya ada potensi kepandaian yang diberikan oleh Allaah ke dalam diri manusia. Coba saja, apakah ayam bisa jadi pintar setelah kita kasih pendidikan selama 35 tahun? Seandainay saja ada ayam yang bisa berumur panjang sampai sekian. Tidak! Karena tidak ada potensi untuk menjadi pintar pada diri ayam.

Sama halnya ketika kita ditanya, kenapa kertas bisa terlipat. Jawaban yang biasa diberikan adalah karena dilipat. Lagi-lagi tidak salah. Tapi masih fase ibtidaiyah. Sebenarnya karena di dalam kertas ada potensi untuk bisa dilipat. Manusia hanya memanfaatkan potensi itu. Tidak lebih.

Nah kita ini sering kali berbanggan diri atas prestasi kita. Ada yang berbangga diri dengan karyanya. Ada yang berbangga diri dengan hartanya. Ada yang berbangga diri dengan kemaksiatannya. Ada yang berbangga diri dengan kesalihannya, seringnya mengaji, ketaatannya, dan seringnya ke masjid. Manusia itu banyak sekali berbangga meski kontribusinya sedikit, itupun kalau ada kontribusinya.

Padahal sebenarnya, manusia hanyalah mengaktualisasikan potensi yang diberikan oleh Allaah. Hanya itu. Tidak lebih. Namun sayangnya banyak yang membanggakan apa yang telah dikerjakannya sebagai karyanya. Semoga Allaah senantiasa membersihkan hati kita dari segala penyakit hati dan dari rasa sombong. Dan semoga kita mampu menjadi manusia yang diberi peran oleh Allaah untuk menunjukkan kebesaran-Nya melalui diri kita."

-diadaptasi dari materi yang disampaikan Prof. Dr. Ir. Abdullah Shahab, M. Sc dengan kemungkinan ada beberapa perbedaan redakasi karena keterbatasan ingatan-

Setelah mendengarkan materi tersebut, aku diam. Menundukkan kepala seperti orang mengheningkan cipta saat upacara. Sambil mendengarkan bisik seorang teman yang mengakui kedalaman makna isi materi tersebut. Aku pun terpaksa kembali berfikir ulang tentang definisi arti seluruh hidupku selama ini.

Ya Rabbi, begitu sering aku sombong dan berbangga diri.

Ruang Utama Masjid Manarul 'Ilmi ITS.
Surabaya, 3 Ramadhan 1435/ 30 Juni 2014

0 komentar:

Posting Komentar