(Aku)
Maafkan aku yang tak bisa menyampaikan salammu
Mengapa tak kau titipkan saja pada angin?
Agar salam manismu dapat terdengar oleh mereka
Atau bisa saja kau titipkan apda ombak
(Reza)
Ah, tidak
Angin tak jelas kemana ia berhembus
Ombak pun hanya bergerak menepi pantai
Maka biar kutitipkan salamku pada kuncup bunga
Yang akan tersampaikan dia kala ia mekar
Di saat yang tepat dengan segala keindahannya
(Aku)
Benar
Aku takkan pernah lagi menitipkan salam pada angin
Karena ia pernah berkhianat padaku
Ia tak amanah ternyata
Ia pernah bocorkan salamku pada dedaunan sehingga mereka saling gemerisik kala angin berhembus
Aku juga takkan lagi menitipkannya pada ombak
Ia pernah membelokkan salamku
Ia bersekongkol dengan angin
Hingga salamku berbelok ke arah samudera yang berbeda, bukan ke tepian pantai dimana dia berada
Aku juga takkan menitipkannya pada merpati
Sebagaimana kakek nenek di jaman dulu
Karena mereka seringkali hinggap di dahan pohon
Dan salamku tak sampai
Aku sadar pada akhirnya
Tidak semua perasaan harus dipertururkan
Tidak semua perasaan harus diungkapkan saat itu juga
Maka kuputuskan
Agar kutitipkan salam ini pada-Nya yang mampu menjaga segala rahasia
Agar Dia sampaikan salam ini pada saat yang tepat
Kuceritakan segala kerinduan ini pada-Nya
Agar Dia tahu bahwa ingin sekali aku menyampaikan salam ini padanya
Agar Dia tahu bahwa ingin sekali aku ingin dekat dengan dirinya
Tapi aku tidak ingin
Di saat yang sama
Aku kehilangan cinta-Nya karena mendurhakai-Nya
Biar saja salam ini tersampaikan di atas sajadah
Melalui sunyi
Menanti hingga waktu yang tepat itu tiba
Saat kepastian telah mampu kuberikan
(Reza)
Jadi, kau memutuskan untuk menjaga rasa itu?
Akan kunantikan
Saat di mana kau ungkapkan janji suci itu
Dan saat itu juga, dia ada di sampingmu
Menatapmu dan menggenggam tanganmu dengan penuh haru
Menyadari bahwa dirimu telah memuliakannya
Dalam sikap diammu
Dalam untaian do'amu
Surabaya, 23-25 Sya'ban 1435 H/ 21-23 Juni 2014
Dengan diawali pertanyaan tentang kehadiran di Musyker JMMI. Awalnya ingin menitip salam dan pertanyaan pada pengurus, hingga percakapan dengan Mochammad Reza menjadi tak menentu.
0 komentar:
Posting Komentar