"Jika ingin menjadi manusia yang berubah, jalanilah tiga
hal ini: sekolah, banyak-banyak membaca Alquran, dan berkelana." (Andrea
Hirata dalam Edensor).
Melakukan perjalanan itu memang benar-benar manis, asalkan saja
waktu yang kita miliki cukup dan ada teman yang menggairahkan.
Ketika kita akan melakukan perjalanan, ada banyak hal yang perlu
disiapkan. Dalam Islam, seorang muslim/muslimah diajari untuk menjadi seorang
yang bervisi tajam. Dalam artian, segala sesuatunya disiapkan secara
matang-matang, penuh strategi, tidak membabi buta. Mulai dari niat,
pelaksanaan, hingga pasca aktivitas juga sangat diperhatikan di dalam agama
ini.
Catatan ini ditulis untuk berbagi pengalaman dalam melakukan
perjalanan. Saya biasa membagi fase perjalanan menjadi tiga bagian, yakni akan,
sedang dan telah melakukan perjalanan.
Ada banyak macam dan tujuan bagi setiap orang untuk melakukan
perjalanan. Demikian juga untuk tujuan tempat. Dalam tulisan ini, saya ingin
berbagi pengalaman dan saran dalam melakukan pendakian Gunung Arjuno yang ada
di Jawa Timur. Namun mohon maaf sebelumnya ya, saya sendiri masih newbie dalam
mendaki gunung. Amatira. Jika ada yang perlu dikoreksi, silakan sampaikan saja
ke saya.
Baiklah, akan lebih baik jika saya langsung ke inti bahasan
saja. Masih ingat bukan tiga fase yang saya sebutkan tadi? akan, sedang dan
telah. Kita akan bahas bersama satu per satu.
1. Akan
a. Istikharah.
b. Cari teman-teman yang akan diajak untuk mendaki.
Sebisa mungkin hindari
mendaki seorang diri. Karena berbahaya. Rasulullah menekankan pentingnya berada dalam jama'ah (kebersamaan)
untuk melakukan berbagai aktivitas, termasuk safar/ perjalanan. Carilah teman
perjalanan yang menjaga agama dan prinsip-prinsip kehidupan universal. Karena
hal ini merupakan salah satu sebab turunnya petunjuk Allah selama perjalanan.
Mereka juga yang akan menjaga kita dari kemaksiatan selama perjalanan.
c. Ijin kepada orang tua dan keluarga.
Perlu ditekankan, ijin yang dimintakan kepada orang tua hendaknya jauh-jauh hari
sebelum keberangkatan. Paling lambat H-3. Karena pendakian gunung bukanlah
perjalanan yang mudah.
Jangan sampai ijin pada orang tua disampaikan secara mendadak
sehingga beliau berdua memberikan ijin secara terpaksa. Ijin dan ridha orang
tua bukanlah masalah yang sepele. Dan jangan sampai juga berangkat tanpa seijin
orang tua. Sengaja saya menggunakan kata "jangan" untuk menekankan
betapa pentingnya masalah ini. Krusial.
d. Pilih team leader.
"Jika ada tiga orang keluar untuk bersafar, maka hendaklah
mereka mengangkat salah satu di antaranya sebagai ketua rombongan" (HR.
Abu Daud no 2609. Syaikh Al Bani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)
e. Berikan nomor telpon tim kepada keluarga.
Beri tahukan nomor telpon seluruh atau sebagian (minimal lebih
dari dua) anggota tim kepada orang tua dan keluarga. Karena kita tidak akan
pernah tahu apa yang akan terjadi pada kita selama pendakian. Untuk
mengantisipasi terjadinya kemungkinan terburuk, namun semoga tidak pernah
terjadi, nomor-nomor mereka bisa dihubungi oleh orang tua dan keluarga kita.
Nomor yang paling penting untuk diberikan kepada keluarga kita adalah nomor
Team Leader kita.
Maaf saya bukan promosi, tapi ini sudah beberapa kali teruji.
Siapkan dan pasang juga kartu Simpati. Karena sinyalnya cukup kuat bahkan
hingga sampai di puncak gunung.
Kabari juga prediksi logis tentang waktu yang diperlukan untuk
sampai kembali di rumah.
f. Pelajari adab-adab safar.
Terutama fiqh selama safar. Tentang shalat yang disunnahkan
untuk dilakukan dengan jama' qashar, thaharah (bersuci), posisi tubuh saat
shalat yang diperbolehkan, aurat, fiqh prioritas dalam safar, dan sebagainya
yang dirasa perlu. Namun demikian, tidak perlu sampai membebani diri dengan
belajar terlalu banyak secara mendadak. Di sinilah urgensi adanya teman-teman
perjalanan yang memahami agama dengan baik.
g. Luruskan niat.
Saya teringat nasehat teman saya yang merupakan seorang Hafidzul
Quran. Dia mengatakan yang kalimatnya ditirukan oleh sahabat saya. Inti dari
pesan itu adalah jauhkan diri kita dari kesombongan.
"Jangan pernah berniat untuk menaklukan gunung dan alam.
Karena kita terlalu kecil untuk itu. Siapa kita hingga berani-beraninya mengaku
telah menaklukkan gunung? Adapun kemudahan yang kita gapai merupakan rahmat
dari Allah. Kita niatkan pendakian gunung sebagai perjalanan untuk merenungi
kebesaran Allah," kurang lebih begitu orasinya kepada seluruh anggota tim.
h. Siapkan semua peralatan yang telah diinstruksikan oleh team
leader.
Siapkan jauh-jauh hari agar kita bisa melakukan double checking.
Kalau ada satu peralatan saja yang terlupa, dikhawatirkan mendzalimi anggota
sekelompok.
Bawa perlatan yang memang benar-benar diperlukan. Yang kurang
perlu, tidak perlu dibawa. Semakin berat barang yang dibawa, semakin banyak
energi yang terkuras selama perjalanan.
Oya, di jaman ini, kamera telah menjadi primer lho dalam
melakukan perjalanan.
i. Diskusi dengan mereka yang pernah mendaki gunung tersebut.
Jangan segan-segan untuk bertanya tentang appaun, bahkan hal-hal
detail sekalipun. Saya sendiri berdiskusi dengan sahabat saya Muhammad
Mu'izzuddin dan temannya, Ayyub.
Dan hasilnya, mereka menjelaskan jauh lebih lengkap dari
pertanyaan saya. Pengalaman-pengalaman mereka diceritakan termasuk tindakan
pencegahan, masalah tempat shalat, dan banyak hal. Jika kita jujur kepada
mereka, mereka akan memberikan banyak saran-saran praktis yang akan sangat
berguna.
2. Sedang Perjalanan
Untuk fase ini, saya menulis ke level teknis. Jadi, ini lebih
banyak KEMBALI KEPADA SELERA MASING-MASING. Tidak harus diikuti. Saya hanya
berusaha menyampaikan saran versi saya berdasarkan pengalaman.
a. Perbanyak doa dan mengingat Allah.
b. Jangan gunakan pakaian yang terbuat dari jin karena nanti
bisa kerasukan jin.
Maaf, bercanda. Maksud saya jangan gunakan pakaian yang berbahan
jeans. Selain berat, jeans lebih menyerap air ketika hujan.
c. Gunakan raincover begitu pendakian akan dimulai.
Fungsi raincover tidak hanya melindungi tas carrier dari hujan
saja. Namun juga melindungi tas carrier dari kotoran-kotoran.
Saat beristirahat di tengah perjalanan, kebanyakan kita perlu
untuk duduk di tanah. Raincover ini berfungsi mencegah tas terkena kotoran yang
ada di tanah. Banyak orang yang hanya memasang raincover saat hujan. Akibatnya,
saat pulang ke rumah, bagian bawah tas mereka banyak terkena pasir dan lumpur
yang cukup sulit dihilangkan.
d. Gunakan celana atau bawahan yang panjang.
Selain untuk menutupi aurat, bawahan yang panjang berfungsi
untuk memberikan rasa aman dan nyaman di kaki.
e. Gunakan kaos kaki yang tebal dan panjang.
Kaos kaki yang tipis bisa sobek dan bisa ditembus oleh dingin.
f. Masukkan celana bagian bawah ke dalam kaos kaki.
Mungkin ada yang bilang sedikit norak. Tapi bagi saya tidak.
Cara ini membuat pergerakan kita lebih lincah. Tidak hanya itu, dengan cara
ini, tidak ada celah bagi hewan-hewan kecil untuk masuk ke dalam celana karena
semua akses sudah tertutup rapat.
g. Tidak perlu tergesa-gesa.
h. Cari tempat foto yang instagramable.
Terkait pentingnya satu ini, akan saya jelaskan di fase
"telah".
i. Jangan buang sampah sembarangan.
j. Sujud syukur saat sudah sampai di puncak.
Teman saya, Maulana Rachman, pernah menasehati dalam sebuah
doa," Nan, awakmu tak dungakno mari teko Arjuno tambah tawakkal (aku
doakan setelah dari Arjuno bertambah ketawakkalanmu. Merasa rendah di hadapan
Allah."
3. Telah
a. Bersyukur.
b. Kabari teman-teman yang lain kalau sudah sampai di rumah.
c. Mandi yang bersih.
d. Segera jemur semua perlengkapan yang digunakan untuk mendaki,
jangan tunggu besok. Karena kalau terlalu lama dibiarkan, perlengkapan kita
bisa berjamur dan mengeluarkan bau yang menyengat.
e. Share semua foto dan video antar anggota tim.
Kita bisa menggunakan banyak media. Kalau saya sendiri
menggunakan Google Drive sebagai tempat sharing media.
Hal ini penting. Karena foto-foto dan video-video itu akan
menghadirkan kembali kenangan kita. Biasanya, setelah turun gunung dan
merasakan kelelahan yang sangat, terbesit perasaan malas untuk mendaki lagi.
Namun setelah melihat foto-foto dan video-video yang bagus dan menarik hati,
rasa malas itu akan sirna dan berganti menjadi "ingin naik gunung
lagi".
f. Jangan lupa patungannya dilunasi bagi yang belum.
Pada akhirnya, apa-apa yang saya tulis di sini hanya berdasarkan
pengalaman dan perenungan atas kisah-kisah pribadi dan kisah orang lain.
Perjalanan bukan semata masalah kita sampai tujuan atau tidak, namun juga
masalah apakah kita menjadi lebih beriman kepada Allah azza wa jalla atau
justru semakin ingkar.
Hadanallah wa iyyakum.
-Nir-
0 komentar:
Posting Komentar