Selasa, 06 September 2016

Persiapan Meraih Puncak

"Jika ingin menjadi manusia yang berubah, jalanilah tiga hal ini: sekolah, banyak-banyak membaca Alquran, dan berkelana." (Andrea Hirata dalam Edensor).

Melakukan perjalanan itu memang benar-benar manis, asalkan saja waktu yang kita miliki cukup dan ada teman yang menggairahkan.


Ketika kita akan melakukan perjalanan, ada banyak hal yang perlu disiapkan. Dalam Islam, seorang muslim/muslimah diajari untuk menjadi seorang yang bervisi tajam. Dalam artian, segala sesuatunya disiapkan secara matang-matang, penuh strategi, tidak membabi buta. Mulai dari niat, pelaksanaan, hingga pasca aktivitas juga sangat diperhatikan di dalam agama ini.

Catatan ini ditulis untuk berbagi pengalaman dalam melakukan perjalanan. Saya biasa membagi fase perjalanan menjadi tiga bagian, yakni akan, sedang dan telah melakukan perjalanan.

Ada banyak macam dan tujuan bagi setiap orang untuk melakukan perjalanan. Demikian juga untuk tujuan tempat. Dalam tulisan ini, saya ingin berbagi pengalaman dan saran dalam melakukan pendakian Gunung Arjuno yang ada di Jawa Timur. Namun mohon maaf sebelumnya ya, saya sendiri masih newbie dalam mendaki gunung. Amatira. Jika ada yang perlu dikoreksi, silakan sampaikan saja ke saya.

Baiklah, akan lebih baik jika saya langsung ke inti bahasan saja. Masih ingat bukan tiga fase yang saya sebutkan tadi? akan, sedang dan telah. Kita akan bahas bersama satu per satu.

1. Akan

a. Istikharah.

b. Cari teman-teman yang akan diajak untuk mendaki.
Sebisa mungkin  hindari mendaki seorang diri. Karena berbahaya. Rasulullah menekankan  pentingnya berada dalam jama'ah (kebersamaan) untuk melakukan berbagai aktivitas, termasuk safar/ perjalanan. Carilah teman perjalanan yang menjaga agama dan prinsip-prinsip kehidupan universal. Karena hal ini merupakan salah satu sebab turunnya petunjuk Allah selama perjalanan. Mereka juga yang akan menjaga kita dari kemaksiatan selama perjalanan.

c. Ijin kepada orang tua dan keluarga.
Perlu ditekankan, ijin yang dimintakan  kepada orang tua hendaknya jauh-jauh hari sebelum keberangkatan. Paling lambat H-3. Karena pendakian gunung bukanlah perjalanan yang mudah.
Jangan sampai ijin pada orang tua disampaikan secara mendadak sehingga beliau berdua memberikan ijin secara terpaksa. Ijin dan ridha orang tua bukanlah masalah yang sepele. Dan jangan sampai juga berangkat tanpa seijin orang tua. Sengaja saya menggunakan kata "jangan" untuk menekankan betapa pentingnya masalah ini. Krusial.

d. Pilih team leader.
"Jika ada tiga orang keluar untuk bersafar, maka hendaklah mereka mengangkat salah satu di antaranya sebagai ketua rombongan" (HR. Abu Daud no 2609. Syaikh Al Bani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)

e. Berikan nomor telpon tim kepada keluarga.
Beri tahukan nomor telpon seluruh atau sebagian (minimal lebih dari dua) anggota tim kepada orang tua dan keluarga. Karena kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi pada kita selama pendakian. Untuk mengantisipasi terjadinya kemungkinan terburuk, namun semoga tidak pernah terjadi, nomor-nomor mereka bisa dihubungi oleh orang tua dan keluarga kita. Nomor yang paling penting untuk diberikan kepada keluarga kita adalah nomor Team Leader kita.

Maaf saya bukan promosi, tapi ini sudah beberapa kali teruji. Siapkan dan pasang juga kartu Simpati. Karena sinyalnya cukup kuat bahkan hingga sampai di puncak gunung.

Kabari juga prediksi logis tentang waktu yang diperlukan untuk sampai kembali di rumah.

f. Pelajari adab-adab safar.
Terutama fiqh selama safar. Tentang shalat yang disunnahkan untuk dilakukan dengan jama' qashar, thaharah (bersuci), posisi tubuh saat shalat yang diperbolehkan, aurat, fiqh prioritas dalam safar, dan sebagainya yang dirasa perlu. Namun demikian, tidak perlu sampai membebani diri dengan belajar terlalu banyak secara mendadak. Di sinilah urgensi adanya teman-teman perjalanan yang memahami agama dengan baik.

g. Luruskan niat.
Saya teringat nasehat teman saya yang merupakan seorang Hafidzul Quran. Dia mengatakan yang kalimatnya ditirukan oleh sahabat saya. Inti dari pesan itu adalah jauhkan diri kita dari kesombongan.
"Jangan pernah berniat untuk menaklukan gunung dan alam. Karena kita terlalu kecil untuk itu. Siapa kita hingga berani-beraninya mengaku telah menaklukkan gunung? Adapun kemudahan yang kita gapai merupakan rahmat dari Allah. Kita niatkan pendakian gunung sebagai perjalanan untuk merenungi kebesaran Allah," kurang lebih begitu orasinya kepada seluruh anggota tim.

h. Siapkan semua peralatan yang telah diinstruksikan oleh team leader.
Siapkan jauh-jauh hari agar kita bisa melakukan double checking. Kalau ada satu peralatan saja yang terlupa, dikhawatirkan mendzalimi anggota sekelompok.

Bawa perlatan yang memang benar-benar diperlukan. Yang kurang perlu, tidak perlu dibawa. Semakin berat barang yang dibawa, semakin banyak energi yang terkuras selama perjalanan.

Oya, di jaman ini, kamera telah menjadi primer lho dalam melakukan perjalanan.

i. Diskusi dengan mereka yang pernah mendaki gunung tersebut.
Jangan segan-segan untuk bertanya tentang appaun, bahkan hal-hal detail sekalipun. Saya sendiri berdiskusi dengan sahabat saya Muhammad Mu'izzuddin dan temannya, Ayyub.

Dan hasilnya, mereka menjelaskan jauh lebih lengkap dari pertanyaan saya. Pengalaman-pengalaman mereka diceritakan termasuk tindakan pencegahan, masalah tempat shalat, dan banyak hal. Jika kita jujur kepada mereka, mereka akan memberikan banyak saran-saran praktis yang akan sangat berguna.

2. Sedang Perjalanan
Untuk fase ini, saya menulis ke level teknis. Jadi, ini lebih banyak KEMBALI KEPADA SELERA MASING-MASING. Tidak harus diikuti. Saya hanya berusaha menyampaikan saran versi saya berdasarkan pengalaman.

a. Perbanyak doa dan mengingat Allah.

b. Jangan gunakan pakaian yang terbuat dari jin karena nanti bisa kerasukan jin.
Maaf, bercanda. Maksud saya jangan gunakan pakaian yang berbahan jeans. Selain berat, jeans lebih menyerap air ketika hujan.

c. Gunakan raincover begitu pendakian akan dimulai.
Fungsi raincover tidak hanya melindungi tas carrier dari hujan saja. Namun juga melindungi tas carrier dari kotoran-kotoran.

Saat beristirahat di tengah perjalanan, kebanyakan kita perlu untuk duduk di tanah. Raincover ini berfungsi mencegah tas terkena kotoran yang ada di tanah. Banyak orang yang hanya memasang raincover saat hujan. Akibatnya, saat pulang ke rumah, bagian bawah tas mereka banyak terkena pasir dan lumpur yang cukup sulit dihilangkan.

d. Gunakan celana atau bawahan yang panjang.
Selain untuk menutupi aurat, bawahan yang panjang berfungsi untuk memberikan rasa aman dan nyaman di kaki.

e. Gunakan kaos kaki yang tebal dan panjang.
Kaos kaki yang tipis bisa sobek dan bisa ditembus oleh dingin.

f. Masukkan celana bagian bawah ke dalam kaos kaki.
Mungkin ada yang bilang sedikit norak. Tapi bagi saya tidak. Cara ini membuat pergerakan kita lebih lincah. Tidak hanya itu, dengan cara ini, tidak ada celah bagi hewan-hewan kecil untuk masuk ke dalam celana karena semua akses sudah tertutup rapat.

g. Tidak perlu tergesa-gesa.

h. Cari tempat foto yang instagramable.
Terkait pentingnya satu ini, akan saya jelaskan di fase "telah".

i. Jangan buang sampah sembarangan.

j. Sujud syukur saat sudah sampai di puncak.
Teman saya, Maulana Rachman, pernah menasehati dalam sebuah doa," Nan, awakmu tak dungakno mari teko Arjuno tambah tawakkal (aku doakan setelah dari Arjuno bertambah ketawakkalanmu. Merasa rendah di hadapan Allah."

3. Telah

a. Bersyukur.

b. Kabari teman-teman yang lain kalau sudah sampai di rumah.

c. Mandi yang bersih.

d. Segera jemur semua perlengkapan yang digunakan untuk mendaki, jangan tunggu besok. Karena kalau terlalu lama dibiarkan, perlengkapan kita bisa berjamur dan mengeluarkan bau yang menyengat.

e. Share semua foto dan video antar anggota tim.
Kita bisa menggunakan banyak media. Kalau saya sendiri menggunakan Google Drive sebagai tempat sharing media.

Hal ini penting. Karena foto-foto dan video-video itu akan menghadirkan kembali kenangan kita. Biasanya, setelah turun gunung dan merasakan kelelahan yang sangat, terbesit perasaan malas untuk mendaki lagi. Namun setelah melihat foto-foto dan video-video yang bagus dan menarik hati, rasa malas itu akan sirna dan berganti menjadi "ingin naik gunung lagi".

f. Jangan lupa patungannya dilunasi bagi yang belum.

Pada akhirnya, apa-apa yang saya tulis di sini hanya berdasarkan pengalaman dan perenungan atas kisah-kisah pribadi dan kisah orang lain. Perjalanan bukan semata masalah kita sampai tujuan atau tidak, namun juga masalah apakah kita menjadi lebih beriman kepada Allah azza wa jalla atau justru semakin ingkar.

Hadanallah wa iyyakum.

-Nir-

0 komentar:

Posting Komentar