Atas semua waktu yang kau sediakan untuk membersamai kami,
Aku masih bilang "hanya".
Atas semua perasaan yang terluka akibat ulah dan tutur kami, aku masih bilang "hanya".
Atas semua ilmu yang kau wariskan, aku masih bilang "hanya".
![]() |
Copyright ©Ketemulagi |
Kami tahu bahwa masalah hidupmu lebih berat dari kami, tapi kau bersedia mendengarkan keluh kesah kami bahkan hanya untuk sekedar keluhan seputar Laplace, L d' Hopital, Ketidakpastian Heisenberg, dan kegalauan kami akan masa depan yang tak pasti.
Berada di posisimu tak mudah. Terlebih di jaman ini. Keras kepada kami, bayang-bayang HAM menghantuimu. Namun terlalu lembut pada kami, juga bisa membuat kami terperosok ke dalam jurang kemiskinan adab dan akhlak.
Maaf jika di saat susah, kami datang padamu. Tapi di saat bahagia, kami datang ke sosial medida dan kawan-kawan kami, lupa padamu.
Sudah kubilang, berat berada di posisimu. Bahkan membayangkan diri kami di posisimu saja sudah terasa kengeriannya. Seperti judul sebuah cerpen karya Putu Wijaya, Bersiap Kecewa, Bersedih Tanpa Kata-Kata.
Maaf atas seluruh yang kau berikan namun tak cukup kuberi apresiasi. Maka tolong guruku, ajari aku bagaimana memberikan apresiasi padamu. Kau memang rendah hati, bahkan kau lupa bahwa dirimu sendiri punya hak untuk kami beri apresiasi.
Tidak cukup kau ajari diriku tentang ilmu eksak, sejarah peradaban, sastra, dan teknologi. Ajari kepada kami bagaimana untuk mengambil hikmah dari setiap pelajaran. Sehingga adab dan akhlak. Karena di hari ini, negeri kami sedang krisis hikmah.
Ijinkan kami pulang padamu, mencium tanganmu dengan penuh takzim, untuk menerima bab baru darimu, tentang kebijaksanaan. Agar kami menjadi pemuda yang dibungkus oleh kebijaksanaan. Bukan hanya bermodalkan kecerdasan dan semangat.
Ah, Pak, Bu. Lihatlah muridmu ini. Dasar! Masih saja menuntutmu ini itu. Ya, di hadapanmu bapak ibu guruku, sehebat apapun kami di depan manusia, semembahana apapun standing applaus ditujukan pada kami, kami tak pernah terlihat bijaksana di hadapanmu. Kami tak pernah menjadi dewasa di hadapanmu karena kalian begitu mendewasa.
Saya dedikasikan tulisan ini kepada semua guru-guru saya. Kawan jangan lupa berikan salam hormat di hari ini kepada mereka.
Mulai dari orang tua saya, guru saya di SD, SMP, SMK, guru les di LBB, guru les privat, dosen-dosen, asatidz dan asatidzah, habaib, masyaikh, dan semua orang yang pernah mengajari saya.
"Ilmu tidak akan memberikan sebagian dirinya hingga engkau memberikan seluruh dari dirimu untuknya," (Pepatah Arab). Termasuk apresiasi pada guru.
SELAMAT HARI GURU NASIONAL
Surabaya, 25 November 2016
Di pagi yang mendung
-Nir-
0 komentar:
Posting Komentar