Sungguh beruntung orang-orang
yang mempunyai niat untuk berhijrah, mewujudkannya, lalu konsisten di dalamnya
meski banyak ujian yang menerpa pada tahap awal perjalanan hijrahnya. Banyak
orang yang menganggap hijrah itu sangat mudah, tetapi realita di perjalanan
menunjukkan, hanya mereka yang memiliki azzam (kemauan) yang kuat-lah yang akan
tetap bertahan hingga garis akhir.
"Apakah manusia mengira
bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan
mereka tidak diuji?" (Q.S. Al Ankabut: 2)
Tidak mudah untuk menjaga komitmen
dalam berhijrah. Agar konsisten di dalamnya, kita harus mampu melompati
batas-batas emosi. Ada rasa cinta pada junjungan hati, egois, gengsi yang harus
dilompati. Bahasa mudahnya, mereka harus mampu untuk mengalahkan perasaan dalam
perjalanan menuju jalan yang diyakini lebih baik. Tidak (terbawa perasaan)
baper buta.
Hari ini, seseorang menyatakan
tekadnya untuk berhijrah. Saya katakan padanya agar mempersiapkan kelapangan
hati untuk menerima ujian. Mungkin aka ada pahit yang membersamai ujian. Tetiba
ia dibayang-bayangi oleh rasa takut jika ujian yang akan dihadapinya terlalu
pahit. Dengan jujur ia mengatakan bahwa hatinya belum kuat. Bayang-bayang
kepahitan menari di pelupuk mata.
Belum sempat saya menanggapi
kekhawatirannya, ia segera menguatkan dirinya sendiri. Dan benar saja, tidak
lama setelah ia membulatkan tekadnya itu (hanya dalam waktu sekitar 6 jam),
ujian datang cukup banyak. Singkat cerita, ia segera menolak berbagai peluang
menggiurkan yang berusaha untuk menariknya kembali pada masa lalu. "Ini
harus ditinggalkan, harga mati," mungkin begitulah jerit batinnya. Intinya
dia siap untuk bertawakkal.
Alhamdulillah, di hari pertama
dia selamat dari segala ujian dan tetap berada dalam hijrahnya. Semoga ia
selamat sampai seterusnya. Aamiin.
Yang menjadi renungan saya
adalah, kenapa dia bisa selamat dari ujian pertama? Yang pertama, karena
pertolongan Allah. Kedua, karena ia BERSEGERA untuk menolak apa-apa yang bisa
membuat hijrahnya rusak. Ia tidak kenal kompromi. Ia gunakan bahasa yang tegas
untuk menolak meski kemudian ia menanyakan pendapat saya apakah bahasa yang dia
gunakan berpotensi untuk melukai hati orang atau tidak.
Andai dia mengulur waktu sedikit
saja penolakan itu, bisa-bisa hatinya goyah. Bisa-bisa setan masuk ke dalam
celah yang terbuka dan menari-nari di atas keraguannya.
Ia mengajarkan kepada saya,
jangan setengah-setengah jika bertaubat. Saya jadi teringat pada ayat yang
menjelaskan sebab Allah SEGERA mengabulkan doa Nabi Zakaria 'alayhissallam dan
istrinya, yaitu karena bersegera dalam mengerjakan kebaikan.
"Maka Kami Kabulkan
(doa)nya, dan Kami Anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami Jadikan istrinya
(dapat mengandung). Sungguh, mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan)
kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan
mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami." [Q.S. Al Anbiya: 90)
Hijrah pun ada banyak jenis.
Hijrah dari junjungan yang selama ini dipuja karena sudah terlihat kemana sang
pujaan berpihak. Hijrah dari perasaan yang menjauhkan dari Allah. Hijrah dari
ketergantungan pada makhluk. Karena bergantung kepada makhluk banyak perihnya.
Sementara bergantung pada Allah banyak manisnya.
Maka bagi kawan-kawan yang baru
saja berhijrah, ber-SEGERA-lah lakukan kebaikan dan tolaklah kemungkaran
(minimal dengan hati). Jangan beri ruang kompromi. Lalu segeralah bergabung
dengan teman-teman lain yang sama-sama berhijrah. Jika berjalan sendirian, maka
sungguh, godaan yang datang bisa saja menarik kita kembali menuju masa lalu
yang harusnya sudah diselali. Relakah kita mengulanginya?
Ada juga yang berhijrah dalam
memilih sikap. Yang dulunya diam dan cuek, mengatakan Allah tidak perlu dibela,
tiba-tiba merasa bahwa dialah yang butuh pembelaan Allah di akhirat. Caranya
dengan membela Allah di dunia. Yang tadinya cuek terhadap genosida yang terjadi
di negeri tetangga, tiba-tiba tak hentinya meneteskan air mata pilu. Begitulah
ceritanya jika hidayah Allah sudah bekerja. Sekeras apapun hati, akan lunak
seketika jika Allah membungkusnya dengan petunjuk dan kepekaan hati.
Segala upaya dari hijrah yang
kita lakukan memang tidak menjamin bisa merubah dunia secara signifikan.
Memperbaiki dunia sedikitp saja belum tentu bisa. Tapi setidaknya, upaya kita
ini mampu menunjukkan, kepada siapa kita berpihak. Karena keberpihakan kita
Insya Allah akan menjadi saksi di akhirat kelak.
Ingat ya, BERSEGERA tanpa harus
tergesa-gesa. Betapa indahnya BERSEGERA dalam kebaikan dan menolak kemungkaran
bersama dengan pasangan halal.
Surabaya, 28 November 2016
-Nir-
0 komentar:
Posting Komentar