Kamis, 31 Desember 2015

Revolusi Khalifah ‘Umar bin Abdul Aziz


                  Tak disangka. Makanan yang ia makan tersebut mengandung racun. Akibatnya ia jatuh sakit dan berpulang kepada Allah. Air matapun berderai dan membasahi banyak pasang mata. Usianya saat meninggal masih muda, yakni 40 tahun.

            Sebelum ia menghadap Allah, pelaku yang memasukkan racun ke dalam makanannya ditangkap. Ketika ditanya, pelaku mengaku bahwa apa yang dilakukannya tersebut karena terpedaya dan tergoda uang sebesar seribu dinar. Namun khalifah yang dikenal santun ini memaafkannya dan meminta pelaku untuk pergi menjauh dari Madinah. Bukan karena sang khalifah benci, namun agar pelaku tidak dieksekusi rakyat jika mereka tahu siapa pelaku yang meracuni khalifah.

  1. Kita mengenalnya dengan nama ‘Umar bin Abdul Aziz. Ia merupakan cicit dari khalifah kedua, yakni ‘Umar bin Khattab ra.

  2. Imam Sufyan Ats-Tsauri mengatakan ,”Khalifah (yang lurus) itu ada 5 : Abu Bakar, ‘Umar, Utsman, Ali, dan ‘Umar bin Abdul Aziz.”

  3. Sejak kecil ia sudah dekat dengan Al Qur’an. Bahkan berhail menghafalnya di usia yang masih belia. “Ia menghafal Al Qur’an di waktu kecil. Ayahnya mengirimnya ke Madinah untuk belajar kepada Ubaidillah bin Abdullah bin Umar,” tutur Imam As-Suyuthi. [1]
Masa Kepemimpinan
  1. Saat menjabat sebagai seorang khalifah, ia menetapkan 10 orang penasehat yang ahli ilmu dan takwa. Ia lakukan itu untuk senantiasa mengingatkannya apabila melenceng dari kebenaran. Bahkan ia punya kebiasan tiap malam untuk mengumpulkan para fuqaha’. Mereka saling mengingatkan akan kematian dan tentang hari kiamat. Kemudian mereka semua menangis hingga seakan-akan di hadapan mereka ada jenazah.

  2. Ia memimpin hanya selama 2 tahun 4 bulan. Namun jangan ditanya apa yang telah dihasilkannya dalam masa yang singkat itu. Salah satu pencapaian yang masyhur adalah tentang kesejahteraan ekonomi rakyatnya. Diceritakan bahwa ia memberi zakat kepada masyarakat. Pintu-pintu mereka diketuk untuk diberi zakat akan tetapi mereka menolaknya dan mengatakan, “Allah telah mencukupi kami dengan karunianya.”
Revolusi
  1. Revolusi yang ia lakukan bukanlah revolusi berdarah. Sebab revolusi itu dimulai dari dirinya sendiri.

  2. Ia tidak tinggal di istana kerajaan. Istana dihuni oleh keluarga Sulaiman (khalifah sebelumnya).

  3. Alat angkutan khusus khalifah, ia perintahkan untuk dijual dan hasil penjualannya dibagikan kepada fakir miskin.

  4. Para pengawal khusus penjaga istana yang digaji secara besar-besaran ia bubarkan.

  5. Jika ia berkunjung ke kota-kota tertentu, ia lebih memilih untuk berkemah di lapangan terbuka. Ia tidak pernah menggunakan gedung-gedung besar sebagai tempat menginap khalifah yang dibangun oleh Baitul Mal.

  6. Ia hanya membelanjakan 2 dirham dalam sehari.

  7. Ia sadar bahwa dalam politik pasti ditemukan perselisihan atau pertikaian kecuali jika seorang khalifah menjadi teladan dengan keadilan dan kebijaksaannya serta melepaskan diri dari segala sifat egois.
Cara Unik untuk Menyadarkan Petinggi Negara
  1. Terdapat kisah hikmah yang menunjukkan kesederhaannya.

  2. Suatu ketika para bangsawan diundang untuk makan bersama. Di acara tersebut mereka mendiskusikan tentang beberapa hal terlebih dahulu. Sembari menunggu hidangan utama matang, kambing bakar, disuguhkan roti bakar. Roti bakar tersebut merupakan roti yang sangat kasar, yang biasa dimakan oleh kalangan rakyat miskin.

  3. Khalifah ‘Umar sengaja menahan kambing bakar agar tidak tidak dikeluarkan terlebih dahulu. Sementara para bangsawan tersebut telah merasakan lapar.

  4. Tidak kuat menahan lapar, mereka menyantap roti panggang tersebut. Roti telah habis. Disuguhkanlah roti lagi  sebagai porsi tambahan. Habis lagi. Hingga mereka merasa kenyang karena roti-roti tersebut.

  5. Setelah mereka kenyang, hidangan utama disiapkan. Kambing bakar yang telah matang dihidangkan. Khalifah ‘Umar mempersilakan mereka untuk menyantap menu utama.

  6. Para bangsawan pun menolak dengan sopan karena sudah merasa kenyang.

  7. “Saudara-saudara, jika Anda bisa memuaskan nafsu makan dengan makanan sederhana, lalu mengapa anda suka sewenang-wenang dan merampas milik orang lain?” tanya sang khalifah dengan kalimat yang menghunjam dan membidik pusat kesadaran. Semua yang hadir terharu dan meniktikkan air mata. Mereka sadar akan perbuatan yang selama ini mereka lakukan.


Makar
  1. Konon, kesederhanaan itu memunculkan was-was di dalam hati dan pikiran beberapa orang. Kezuhudan yang ditegakkan khalifah membuat mereka yang rakus takut kalau mereka tidak dapat lagi menjadi kaya.

  2. Solusinya satu, singkirkan khalifah!

  3. Maka sebuah makar untuk menyingkirkan khalifah dibuat. Dipanggillah seorang  yang bisa menyusup untuk menuangkan racun ke dalam makanan/minuman khalifah.
Perhatian kepada keluarga
  1. Suatu ketika, isterinya yang bernama Fatimah menemuinya di tempat kerja.

  2. “Yang Mulia, maukah Anda memberikan waktu untukku sejenak? Saya ingin merundingkan masalah pribadi dengan Anda,” tanya sang istri.

  3. “Tentu saja,” kata sang khalifah,” Tapi, tolong matikan lampu itu dan nyalakan lampu Anda sendiri. Saya tidak mau memakai minyak negara untuk pembicaraan pribadi.”

  4. Posisinya sebagai khalifah, tentunya sangat sibuk. Namun itu tak membuatnya lupa untuk memberikan perhatian kepada keluarga. Tidak mungkin sang istri sampai datang ke tempat kerja khalifah jika tidak membicarakan masalah penting.

  5. Sementara saat ini banyak suami yang tidak menyempatkan waktunya dengan istrinya dengan alasan sibuk dengan urusan kantor.
Lain-lain
  1. Disebutkan bahwa Khalifah ‘Umar bin Abdul Aziz sebagai penerus Khalifah Sulaiman pernah menerima surat dari Kerajaan Sriwijaya. Saat itu Sriwijaya dipimpin oleh Sri Indrawarman. [2]
  2. Dari raja sekalian para raja.
    Yang juga adalah keturunan ribuan raja.
    Yang isterinya pun adalah cucu dari ribun raja.
    Yang kebun binatangnya dipenuhi ribuan gajah.
    Yang wilayah kekuasannya terdiri dari dua sungai yang mengairi tanaman lidah buaya, rempah wangi, pala, dan jeruk nipis yang aroma harumnya menyebar hingga 12 mil.
Kepada Raja Arab yang tidak menyembah tuhan-tuhan lain selain Allah.
Aku telah mengirimkan kepaamu bingkisan yang tidak seberapa sebagai tanda persahabatan.
Kuharap engkau sudi mengutus seseorang untuk menjelaskan ajaran islam dan segala hukum-hukumnya kepadaku.

  1. Begitulah isi surat dari Sri Indrawarman.
Nanda Iriawan Ramadhan
Surabaya, Siang hari yang mendung.

Ditulis dengan referensi utama berasal dari kajian ba’da Subuh rutin hari Ahad (25 Oktober 2015) yang diasuh oleh Ustadz Misbachul Munir di Masjid Al Amin, Rungkut, Surabaya. Penulisan dan pengembangannya disesuaikan dengan pemahaman penulis terhadap isi kajian dengan seminimal mungkin adanya perubahan makna.

Referensi:
[1] Tarikh Al Khalifah 201/1.
[2] Kalung Istimewa karya Ibnu Abdul Rabbih.

0 komentar:

Posting Komentar