Hidup adalah pilihan. Baik itu pilihan untuk memenuhi rasa ingin tahu dengan berani melakukan hal-hal “gila” ataukah membiarkan rasa itu menumpuk lalu mengendap dan mengkristal hingga akhirnya ditinggal mati oleh tuannya. Begitulah yang dialami oleh mahasiswa asal Jakarta ini. Berkat keberaniannya untuk memuaskan rasa ingin tahunya, segudang pengalaman berharga telah dirasakannnya. Seperti apa kisahnya? Simak cerita di bawah ini.
Mas Bah memakai pakaian wisuda. |
Nama lengkapanya adalah Bahtiar Rifai Septiansyah. Kemampuannya dalam menulis tidak diragukan oleh teman-temannya. Opini yang ditulisnya dikatakan sangat menginspirasi pembacanya. Tidak hanya itu, temannya yang lain juga mengatakan bahwa tulisannya mampu membuat orang untuk menggeleng-gelengkan kepalanya. Tulisannya pun sempat menjadi ”buah bibir”. Tawa dan prihatin terkadang bisa muncul di dalam satu tulisannya. Opininya yang paling fenomenal berjudul Melawan Hegemoni ITB. Bayangkan saja, terakhir saya lihat tulisan tersebut mendapat sekitar 180-an tanggapan (kalau nggak salah ingat).
Tidak hanya itu, pengalaman berharga lainnya adalah perjuangannya untuk menjadi Mawapres di institut. Pada awalnya, dia tidak tahu kalau ada seleksi mahasiswa berprestasi di jurusannya. Dan uniknya, dia baru mengetahuinya, justru hari terakhir pengumpulan syarat-syarat untuk seleksi mahasiswa berprestasi. Begitu tahu ada seleksi, dia langsung mengerahkan seluruh jurus yang dipunyainya untuk memenuhi semua persyaratan tersebut. Mulai dari surat-surat, sertifikat, karya tulis, dan sebagainya. Semua itu dia selesaikan dalam waktu tiga jam.
Tidak hanya sampai di situ, keunikan yang lain adalah indeks prestasinya ketika itu 3,03. Sangat mendekati batas minimal, yakni 3,00. Dan ajabnya, nilai tersebut adalah nilai pertamanya mencapai nilai tiga selama dis menempuh pendidikan di ITS. Dengan semangat yang besar dan lagi-lagi dengan didorong oleh rasa keingintahuannya yang tinggi, dia pun mengikuti seleksi mawapres tingkat jurusan.
Tidak sampai di situ cerita tentang mawapresnya, di tingkat jurusan, mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan ini mendapat peringkat 1 untuk mawapres. Hal ini sama sekali tidak disangka-sangka olehnya. ”Padahal teman-teman saya yang daftar itu ada yang Presiden BEM FTK, Pengurus Harian di JMMI, dan sebagainya. Saya nggak nyangka ”, ungkapnya.
Tak lama kemudian, dia mengajukan diri untuk mawapres ke tingkat institut. Di institut dia mendapat urutan ke-4. Tak lama kemudian, dia mendapat telepon bahwa dia mendapat kesempatan untuk mengikuti kegiatan pertukaran pelajar ke Jepang selama setengah bulan untuk hal Penanggulangan Bencana Alam.
Dia mengaku bahwa dia baru mulai suka menulis sejak dia menjadi kru di ITS Online. Sebenarnya dia tidak memiliki keninginan yang begitu besar untuk menjadi seorang reporter. Tapi didorong rasa ingin ”coba-coba”, dia diterima menjadi reporter di sana. ” Kalau dihitung-hitung, mungkin materi yang didapatkan dari menulis tidak seberapa banyak. Tapi hasil tulisan kita adalah sebuah karya intelektualias dan kebanggaan”, ungkap salah satu penulis buku 25 Mahasiswa Inspiratif ini.
Pengalaman organisasi yang diikutinya adalah Himatekpal, JMMI, dan As-safiinah. Mahasiswa kelahiran 1988 ini memiliki hobi bermain bola, baca buku, menulis, dan main gitar. Baginya, tidak ada yang luar biasa dan unik dari dirinya. Tempat favoritnya adalah Perpustakaan lantai 6 yang merupakan kantornya dan Masjid Manarul ‘Ilmi ITS.
Dia yang selama ini diam saat kami berdebat, tiba-tiba menjadi vokal saat kami menemui titik buntu. Soalnya beliau paling tua sih saat itu. Hehe. Maaf ya, mas. Dia yang walaupun terlihat bercanda, tapi banyak tersimpan mutiara dalam perkataannya.
Tulisan ini saya ketik saat Open Recruitmen Reporter ITS Online,
tahun 1431 H/ 2010 M, sebagai syarat dalam babak On The Job Training.
Karena ini sudah lama, jadi saya edit. Sehingga unsur jurnalistiknya
sudah berkurang.
Sumber foto: http://sepetak.blogspot.com/2012/03/wisuda.html
0 komentar:
Posting Komentar