Selasa, 13 Agustus 2013

Prasasti Syawal II

Katanya…
Katanya…
Baru saja menjadi suci kembali
Tapi waktu menyembah Tuhan dilalaikan
Sibuk berkunjung ke sanak saudara
Demi menyambung tali silaturrahim


Katanya… Tadi pagi isak tangis membuat air matanya meleleh di pipi
Sembari mencium penuh takzim tangan bundanya dengan penuh sesal
Tapi kini beliau sudah menerima bentakan lagi
Surga yang telah mendekat itu
Telah menjauh lagi

Katanya…
Baru saja dosa-dosanya lenyap di hari ini
Tapi kini sudah bernafsu lagi ingin merasakan halusnya jemari lentik lawan jenis
Dengan alasan jabat tangan, untuk maaf-maafan

Katanya…
Baru saja menjadi seperti bayi yang baru lahir
Tapi ibu-ibu mulai membicarakan keburukan tetangganya yang tak hadir
Bapak-bapak juga menggunjing ibu-ibu yang tengah bercengkrama
Sama saja

Katanya…
Baru saja dosanya dihapus
Tapi rasa bangga diri kembali melampaui batas
Sudah mulai menghujat yang lain
Dan yang lain tak terima, balas hujatan itu dengan cara yang lebih hina
Selalu begitu setiap tahun
Toleransi hanya teori

Katanya…
Baru saja mendapat kebaikan malam yang lebih baik dari seribu bulan
Tapi bacaan kitab suci yang ia kebut selama sebulan sebelumnya
Kini sekali pun tak ia buka
Sibuk

Ah, apalah artinya air mata
Jika tak ada rasa takut saat meneteskannya
Adakah ia hanya sandiwara?
Mungkin terpengaruh oleh akting yang biasa ia tonton di serial film

Apalah arti permohonan ampun?
Jika tanpa disertai rasa sesal
Tiada ikhtiar untuk menghindari kesalahan yang lalu
Tiada janji untuk berhenti dari kelalaian

Apalah arti persamaan antara dirinya dengan bayi yang baru lahir?
Jika yang sama hanya rasa malu yang tiada melekat di diri
Apalah artinya hari yang fitri?
Jika yang baru bukanlah hati
Bukan pula semangat
Namun hanya sepasang baju yang dibeli secara diskon besar-besaran

Puncak Tertinggi ITS- Kaki Gunung Kelud
2 Syawal 1434 H/ 9 Agustus 2013 M
Saat semburat jingga menyinari ufuk timur


Dia Akan Mendatangimu
Ada saja orang yang merasa bahwa ampunan itu tiada mungkin ia gapai
Lantaran dosanya terlalu banyak
Dirinya telalu hina
Sedangkan Tuhannya terlalu mulia

Andai saja ia tahu
Jika ia datang dan mohon ampun kepada-Nya
Dengan dosa membumbung setinggi langit
Dan kesalahan sepenuh bumi
Niscaya Dia akan mendatanginya dengan ampunan setara dengannya

Kdr
2 Syawal 1434 H/ 9 Agustus 2013 M

Amplop
Anak-anak kecil itu
Bercengkrama dan bercanda
Mereka saling menebak
Berapa uang saku lebaran yang akan mereka terima
Dengan wajah ceria sambil cemas dan harap

Khayal mereka tebarkan
Apa saja yang akan mereka beli dengannya
Apa saja yang akan mereka lakukan dengannya

Sementara ayah ibu mereka
Menghitung berapa jumlah bocah dan amplop yang akan mereka berikan
Sambil mengira-ngira anaknya akan menerima berapa dari orang lain
Aha!
Ia masukkan uang ke dalam amplop itu
Sesuai perkiraan berapa anaknya akan mendapatkan

Ah, sama saja sepertinya
Tapi yang demikian itu
Bisa mempererat rasa cinta antar saudara dan tetangga

Kata mereka
Bukan untung dan rugi yang dituju
Tapi rasa kebersamaan dalam persaudaraan

Kdr
2 Syawal 1434 H/ 9 Agustus 2013 M


Mendadak
Mendadak banyak orang menjadi puitis
Padahal sebelumnya menyindir pujangga
Mendadak banyak orang menjadi melo
Padahal sebelumnya selalu meremehkan tipikal melankolis
Mendadak banyak orang berbicara halus
Meski sebelumnya bahasa tajamnya menikam jantung
Hanya untuk bermaaf-maafan

Semoga sikap baiknya tak hanya sesaat secara insidental
Tak hanya pada hari-hari besar

Kdr
2 Syawal 1434 H/ 9 Agustus 2013 M

Palestina
[Lanjutan dari Puisi “Kau Pernah Datang dan Bertanya Padaku, Kawan]

Aku tak tahu
Apakah hari rayamu sama dengan hari rayaku
Jamuan makanan dan minuman terhidang untukmu saat berkunjung
Ataukah justru moncong laras panjang dihadapkan pada wajahmu

Aku tak tahu
Apakah hari rayamu sama dengan hari rayaku
Tetangga yang saling memberi hadiah untuk menambah cinta
Ataukah justru saling bertukar peluru yang bersarang di tubuh

Aku tak tahu
Apakah hari rayamu sama dengan hari rayaku
Di sini suara takbir mengalahkan suara yang lain
Adakah di sana sama?
Ataukah justru suara takbir tenggelam oleh desingan peluru yang tiada kunjung terhenti

Anak-anak kecil di sini melihat puluhan petasan meledak di langit negeri kami
Tapi di sana?
Kudengar petasan yang dikirimkan tetanggamu untukmu lebih dahsyat

Dan masihkah balita-balitamu minum ASI berwarna merah dari payudara ibunya?
Dan masihkah para ibu meneteskan air mata merah?
Masihkah sepatu para gadismu berwarna merah karena keperkasaan yang tak mengenal nurani itu?

Negerimu memang penuh warna merah
Merah di langit karena ledakan kembang api berhulu ledak tinggi
Merah di jalan karena darah yang menggenang

Masihkah sama negerimuu dulu dan sekarang?

Kdr
3 Syawal 1434 H/ 10 Agustus 2013 M


Do’a Promosi

Saat semua mendadak menjadi puitis
Berbagai sajak indah dirangkai untuk mendapat maaf dari saudara

Beberapa yang telah berkeluarga
Menulis namanya dan nama pasangannya
Di akhir sms

Yang belum laku
Ada yang iri
Ada yang biasa saja

Ada yang promosi terang-terangan
Ini do’a, kata mereka
Mereka biasa menulis NAMANYA YANG AKAN/SEGERA BERKELUARGA
Ah, tak apa
Promosi di jalan takwa justru mendekatkannya pada takwa
Sayang, sebagian orang menganggapnya tabu dan norak
Tapi tak apalah, biar dianggap norak begitu
Yang penting dekat dengan takwa

Yang penting jadilah diri sendiri
Memenuhi segala kecocokan dengan hati semua manusia
Adalah hal yang tidak mungkin kamu capai[1]

Dalam dingin yang menggigit tulang
3 Syawal 1434 H/ 10 Agustus 2013 M

Setan pun Bebas
Bulan suci yang waktu setan dipenjara telah usai
Akankah setan itu bebas kembali?
Akankah muncul setan-setan baru?
Setan berkepala manusia
Sehingga mereka bertambah jumlahnya
Jika tak ada lagi puasa wajib sebagai perisai


Rabbi, aku berlindung kepada dari godaan setan yang terkutuk
Dari golongan jin dan manusia [2]
Apalagi menjadi setannya
Dalam dingin yang menggigit tulang
3 Syawal 1434 H/ 10 Agustus 2013 M

Sumber:
[1] Imam Syafi’i
[2] Q. S. An Naas ayat 6

0 komentar:

Posting Komentar