Kamis, 22 Agustus 2013

Prasasti Syawal

Selamat  Jalan

Pagi ini dingin
Walau tak sampai menggigit tulang
Tapi tetap saja hawa pagi ini lebih dingin dari biasanya
Langit pun berwarna kelabu
Tampak  muram dan murung
Seakan khawatir hari-hari esok kurang makna tanpamu
Matahari bersembunyi di balik tirai mendung
Seperti harunya tak mau diketahui penduduk bumi saja
Semalam pun hujan  turun
Seolah langit menangisimu
Tak rela dengan pamitmu di penghujung pertemuan penuh rindu
Desau angin mengeluh
Mengaduh akan perjumpaan yang singkat
Untung saja halilintar dapat menahan histerisnya
Hingga tak membuat detik-detik perpisahan denganmu
Menjadi sedikit gaduh


        Pergilah...
        Selamat jalan...
        Kelilingi orbit waktu yang telah disediakan...
        Kau memang ditakdirkan untuk bergantian dengan yang lain
        Kristal rindu siap membeku kembali
        Dalam penantian sebelas bulan ke depan
        Untuk  menjumpaimu
        Semoga saja Tuhan berkenan menyatukan kita
        Di tahun esok yang lebih baik, Insya Allah
        Semoga aku memuliakanmu
        Dan kau pun memuliakanku

Ramadhan...
Terima kasih kuucapkan
Tiga puluh hari bersamamu
Cukup mencairkan sebagian  kristal rindu
Walau itu belum cukup.

Kediri, 110910

Menang

Takbir menggema dan mengangkasa di bumi dan di langit
Memantul-mantul ke dinding  rumah
Masuk ventilasi
Dan menyelinap halus ke rongga jiwa yang kerontang
Ada sentuhan halus menggingatkan
Bahwa diri yang dibanggakan ini
Bukanlah apa-apa
Kosong
Sadar bahwa kesempurnaan hanyalah milik-Nya
Sebagian bangga atas kemenangan dalam medan perang sebulan
Bertakbir dan bersyukur

Kediri, 110910

Selamat

Ada yang menangis
Sadar bahwa setumpuk buku tebal catatan dosa telah penuh
Ada yang terharu
Bahwa Tuhan memang “terlalu” Pengasih
Ada yang malu
Merasa bahwa diri terlalu hina di hadapan dzat yang Maha Mulia
Ada yang bangga dan bahagia
Karena telah menang dri kancah peperangan sebulan
Ada yang sedih
Karena akan berpisah dengan tamu agung
Atau karena tak mengindahnkannya selama seperdua belas tahun
Ada  yang bingung
Besok pakai baju apa
Ada yang cemas
Besok dapat uang saku berapa
Ada yang berkemas-kemas
Karena besok mudik
Kembang api menodai lukisan gulita malam yang membentang
Petasan pengganggu gendang telinga dan jantng  diledakkan
Memecah kesunyian
Walau tak tahu untuk apa

Takbir menggema di bumi
Semua sibuk menyambut hari yang fitri
Entah untuk apa mereka sibuk
Apapun itu, mereka ingin berbahagia ketika diri menjadi suci kembali
Selamat Hari Raya idul Fitri 1431 H
Minal Aidzin Wal Fa Idzin
Mohon maaf lahir dan batin
Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar
Laa illaaha illallaah hu allahu akbar
Allahu akbar wa lillaah ilham


Kediri, 100910

Khas Tentang Hujan

Langit kelabu
Awan menghitam
Garis-garis air mulai turun
Tanah mengeluarkan aroma segarnya ketika basah
Kaca-kaca pintu dan jendela terlapisi bintik kecil air hujan yang kemudian berkumpul lalu mengalir ke bawah
Tetes-tetes air menggantung di pucuk daun
Seakan enggan jatuh akibat gravitasi bumi yang mendekati nominal sepuluh
Angin merayu pohon agar melambaikan daunnya
Tak terdengar suara apapun kecuali irama nyanyian alam
Akibat garis-garis air hujan yang jatuh
Membentur aspal, genteng, tanah, kaca, dan semuanya yang dapat dibentur.

Nb: Catatan gak jelas.
Kediri, 110910

Baru saja

Baru saja takbir menggema
Seorang gadis kecil sudah membentak ibunya
Baru saja air mata membasahi pipi
Seseorang  menggunjing saudaranya
Baru saja tangan saling berjabat mengucap maaf
Kepala sudah terdongak ke atas lagi
Merasa angkuh dan berkuasa

Baru saja kata maaf terucap
Sebilah belati luka menyayat hati
Satu dosa menodai lembar yang sebelumnya telah kosong
Apalah arti sebuah kata maaf
Apalah makna dari jabat tangan
Apalah rahasia di balik tangis dan kalimat ampun
Jika di hati ada niat dan rencana untuk mengulang dosa yang sama.

Kediri, 140910

Ironi

Di perempatan Jalan Kertajaya
Di bawah remang-remang kemerlap lelampu jalanan kota
Di atas sebuah batu bekas reruntuhan
 Pada sebuah trotoar pemisah dua lajur berlawanan arah
Seorang gadis mencari keremangan cahaya
Untuk membaca buku diktat pelajaran sekolah
        Di sebuah rumah mewah
        Di dalam kamar nyaman yang ber-AC
        Seorang bocah dengan tenang membaca majalah mesum.
Surabaya, **0*10

Do’akan aku, bu

Bu, jika kuhitung...
Aku takkan mampu membalas jerih payahmu selama ini
Karena untuk meghitungnya saja aku tak sanggup
Tak tertampung lagi air mata yang tumpah untuk/ karenaku
        Aku rindu pada belaian kasih sayangmu
        Saat aku masih kecil dulu
        Aku ingin menangis di pangkuanmu
        Dan menyandarkan kepalaku manja di bahumu
        Aku ingin menceritakan
        Atas semua yang menderaku
        Tapi sayang, aku sudah terlalu besar untuk duduk di pangkuanmu
Aku telah memilih
Inilah jalanku
Katamu yang selalu kuingat dalam hidupku
Harus kulalui jalan itu
Walau batu cadas dan duri siap mengalirkan darah dari kakiku
Sudah menjadi pilihanku untuk berada di sini
Dan kata sahabatku
Walau jiwa dan raga telah lelah
Aku harus mampu membuat lelah
Menjadi kelelahan sendiri mengejarku
        Aku harus menjadi pribadi yang semangat dan menyemangati
        Begitu, katanya.
Do’akan aku menang, Bu
Dalam pergulatan takdir ini

Kediri, 140910

Bertemu Kembali Dengan Mereka

Setahun sudah tak temui wajah-wajah itu
Lebih dari dua belas bulan tak kulihat tingkah konyol mereka
Dulu
Wajah mereka terlihat sangat polos
Tapi kini masih saja polos
Walau tidak lagi sangat
Sedikit ada perubahan
Perjalanan hidup ternyata mengajari mereka
Untuk merubah wajah polos menjadi sedikit lebih tegas

    Sebenarnya aku masih rindu dengan mereka
    Aku masih ingin bercengkrama dengan mereka
    Aku masih ingin mendengar cerita mereka tentang hidup
    Ah, kawan sungguh indah silaturrahim yang terjalin.

Jagalah selalu !
Kelak ketika kalian sukses, ingatlah jalinan persaudaraan ini.

Berhasil Membuatku Rindu

Sebenarnya aku rindu
Pada nasi pecelnya yang menggetarkan lidah
Sebenarnya aku rindu
Pada keramahan orang-orangnya yang sederhana

Sebenarnya aku rindu
Pada teman-temanku dan guruku
Sebenarnya aku rindu
Pada seragam putih abu-abu
Sebenarnya aku rindu
Pada jalan veteran
Sebenarnya aku rindu
Pada rental playstation yang dulu

Sebenarnya aku rindu
Pada hujan di kota itu
Sebenarnya aku rindu
Pada kost-kostanku yang tua
Sebenarnya aku rindu
Melihat bocah sekolah bersepeda unta

Sebenarnya aku rindu
Pada tahunya yang terkenal enak
Dan aku rindu
Pada yang apapun membuatku rindu

Ah, Kediri berhasil membuatku rindu

Sby, 190910

Di Sudut Kota Pahlawan


Di salah satu sudut kota
Jalanan mulai tampak ramai kembali
Setelah sebelumnya sepi
Karena banyak penghuninya yang pergi untuk sementara
    Di salah satu bulan yang dua belas banyaknya
    Nilai Ramadhan akan dibuktikan oleh masing-masing diri
    Sanggupkah menjadi yang lebih baik
    Dan menjaga diri ?
    Dalam rindu menanti tamu agung di tahun esok.

Sby, 190910

0 komentar:

Posting Komentar